Laman

Monday, 20 September 2010

Setelah.....Hari Idul Fitri Hari Kemenangan....

Melihat orang-orang bergembira merayakan hari idul fitri saya sebenarnya ikut gembira. Tetapi mendengarkan kotbah Ustad bahwa hari 1 Syawal adalah hari kemenangan terhadap hawa nafsu, hari manusia menjadi suci kembali.

Masih banyak sodara kita dalam berIbadah bersifat lipstik. Betapapun mereka mencoba untuk sungguh-sungguh beribadah tetap saja hasilnya seperti lipstik di bibir, sebentar saja akan hilang. Lipstik itu juga hanya sekedar hiasan tidak mencerminkan kecantikan sebenarnya dari pemakainya. Jadi berIbadah hanya hiasan-hiasan saja, Ibadah yang tak memberikan dampak mendalam dan hasil yang mengubah KeImanan dalam diri seseorang yang beragama Islam.

Seperti contohnya sholat. Orang sholat seperti sebuah mesin. 5 kali sehari membaca Al Quran itu-itu juga malah sering dan banyak yang tidak mengerti arti bacaannya. Yang bersungguh-sungguh sholat jungkat-jungkit mengkhayalkan menyembah allah. Mereka berkhayal Tuhan melihat mereka sholat dan memperhatikan mereka. Setelah bertahun-tahun jungkat-jungkit dan berkhayal seperti itu, dari kecil sampai jadi tua, tetap saja Tuhan tidak pernah dekat dengan mereka. Mereka hanya perduli pada khayalan mereka sendiri bahwa mereka merasa dekat dengan Tuhan. Tetapi apakah Tuhan dekat dengan mereka tidak mereka tanyakan pada diri mereka.

Kemudian Ibadah Puasa. Dari pagi jam 4 sampai sore jam 6 tidak makan minum katanya menahan hawa nafsu. Tetapi Ibadah ini juga lipstik sifatnya, sebab nafsu makan dan birahi yang ditahan itu adalah suatu dorongan biologis normal manusia. Menahan dari nafsu-nafsu ini tidak akan membuat manusia secara spiritual meningkat karena hanya menahan kecenderungan normalnya. Nafsu-nafsu itu dan nafsu-nafsu lain misalnya kesombongan biasanya kemudian cenderung meningkat setelah puasa karena merasa telah menjadi suci lagi. Hasil dari puasa bagi semua orang adalah kelaparan di siang hari dan berat badan yang turun. Menjadi suci hanya khayalan mereka sendiri. Mereka tetap saja manusia yang penuh nafsu, baik sebelum puasa, pada waktu puasa maupun sesudah puasa.
Apakah keimanan meningkat? Apakah kita menjadi lebih penyayang, welas asih dan bijaksana? Apakah kita bisa mengatasi nafsu-nafsu? setelah melewati Ramadhan..?

Bertanya lah pada diri kita masing-masing....

By...Yusuf

No comments:

Post a Comment