Laman

Saturday 25 September 2010

RENUNGAN TENTANG UMUR MANUSIA

Di mana aku sebelum dilahirkan? Apa tugasku dalam kehidupan dunia ini? Kemana kita pergi setelah mati? Apa yang terjadi dengan umur kita yang semakin hari semakin berkurang ini? seringkali pertanyaan-pertanyaan demikian mengusik kita. Penjelasan yang cukup menarik untuk kita renungkan mengenai umur manusia ini dijabarkan dalam karya besar ulama dan sufi terkenal Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. Dalam karyanya, beliau menjabarkan secara rinci tentang perjalanan hidup manusia, di mana pada intinya kehidupan manusia terbagi pada lima tahapan umurnya:

1. Masa perpindahannya sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan.
2. Masa kehidupan di dunia sejak ia dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah SWT.
3. Masa tinggal di alam Barzah sejak wafat hingga dibangkitkan kembali.
4. Masa tinggal di padang Mahsyar sejak dibangkitkan hingga diputuskan amalnya oleh Allah SWT.
5. Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan surga atau dalam kepedihan neraka.

Apa yang saya postingkan ini adalah 100% berasal dari buku karya beliau, tentunya dengan segala keterbatasan dan kekurangan saya yang masih awam ini. Semoga Allah SWT memberi petunjuk demikian juga para salik sekalian. Amin.

Wassalamu'alaikum wr. wb.
Irfan Budianto (Jazzakumullah khairan katsiran – wrs)


1. UMUR PERTAMA

Saat Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum ahli kanan (ahlul-yamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-simal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari Mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keeasaan dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, lembah dekat padang Arafah) sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. 7;172 : '' Dan ketika Tuhan kamu mengeluarkan keturunan Adam dari punggungnya dan Ia mengambil kesaksian dari mereka dengan berfirman: 'Bukankah Aku ini Tuhan kamu ?' mereka menjawab: 'Ya, kami menjadi saksi.' Demikianlah supaya kamu di hari kiamat nanti tidak mengatakan: 'Kami ini lalai dari perkara itu'".

Ayat ini membuktikan bahwa zurriyat Adam telah memiliki wujud dan pendengaran namun mereka berada dalam tingkatan wujud yang lain. Bukan pada tingkatan wujud seperti yang tampak pada dunia ini. Dalam riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah disebutkan, ketika Allah SWT mengeluarkan zurriyat dari Adam a.s. lalu dilihat oleh Adam seorang dari mereka gagah perawakannya maka bertanyalah Adam tentang dia, Adam diberitahu bahwa itu adalah anaknya, Daud a.s. lalu Adam bertanya kepada Allah SWT "berapa usia Daud yang telah Engkau tetapkan?" Jawab Allah SWT: ' "Enampuluh tahun". Adam kemudian memohon agar Daud dipanjangkan usianya. Maka Allah SWT berfirman : " Itulah usianya yang telah Aku tetapkan ". Berkata Adam a.s. : " Aku ingin menambahkannya empat puluh tahun dari usiaku". Dan sebelum itu Allah SWT telah menetapkan umur Adam seribu tahun.

Ketika nabi Musa a.s. melihat di dalam Taurat, tersebut suatu umat yang sifat-sifatnya amat menarik dan perilakunya sangat baik dan mulia, beliau bertanya kepada Allah SWT, Siapakah gerangan umat itu ? Siapa nabi yang diutus kepadanya ? nabi Musa memohon supaya umat tersebut menjadi umatnya, maka Allah SWT berfirman: " Umat itu ialah umat Ahmad (Muhammad) ". Nabi Musa memohon kepada Allah agar menampakkan umat itu kepadanya, kemudian Allah menampakkan umat itu kepada nabi Musa sebagaimana firman Allah SWT : " Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada di dekat gunung Thur (Sina) ketika kami memanggil ... " (QS 28;46).

Hal ini merupakan bukti bahwa zurriyat manusia itu sudah ber"wujud" sebelum lahir di dunia ini. Demikian pula Rasulullah saw., sudah ber"wujud" dengan wujud yang lebih lengkap dan sempurna di dalam tingkatan umur pertama tersebut.

Sedangkan keutamaan umat Muhammad saw (al ummah al-Muhammadiyah) telah banyak disinggung dalam hadist-hadist beberapa di antaranya:

Berkata Wahab bin Munabbih (rahimahullah): " Ketika Musa a.s. membaca lauh-lauh (papan bertulis), terlihat olehnya sifat-sifat kelebihan umat Muhammad saw., lalu beliau berkata: ' Ya Tuhanku siapakah gerangan umat yang dirahmati seperti yang kudapati dalam lauh-lauh ini ?' maka berfirman Allah SWT: ôItulah umat Muhammad. Mereka rela dengan rezeki sedikit yang aku berikan kepadanya, maka Aku pun rela dengan amalan yang sedikit dari mereka. Akan Aku masukkan mereka ke dalam surga dengan kesaksian Laa ilaaha illallah !

Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan wajah-wajah yang bercahaya laksana bulan purnama. Jadikan lah mereka itu umatku ya Allah!' berfirman Allah: ' Mereka itu adalah umat Muhammad. Aku bangkitkan mereka pada hari kiamat dengan wajah bersinar dan bercahaya disebabkan bekas-bekas wudhu dan sujud mereka'.

Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berkain Selendang di pundak dan bersenjatakan pedang di bahu masing-masing. Mereka itu orang-orang yang senantiasa bertawakkal dan dadanya penuh keyakinan. Mereka menyerukan nama Allah di hadapan tiap-tiap rumah Allah untuk berjihad diatas kebenaran, sehingga akhirnya merekapun membunuh Dajjal. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: ' Tidak! mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang bershalat lima kali sehari semalam, sehingga terbukalah pintu-pintu langit dan turunlah rahmat bagi mereka. Jadikanlah mereka itu umatku, ya Allah!' Berfirman Allah : 'Mereka itu adalah umat Muhammad'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berpuasa di bulan ramadhan untuk-Mu, lalu Engkau mengampuni segala kesalahan mereka sebelum mereka itu. Jadikanlah mereka itu umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang mengunjungi Baitul Haram (Ka'bah) karena-Mu, tiada keperluan lain kecuali itu. Mereka hanya meratap dan menangisi diri sendiri serta mengumandangkan suara takbir membesarkan nama-Mu. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.' Musa berkata lagi: 'Apakah ganjaran mereka atas perbuatan itu?' jawab Allah: 'Aku akan menambahkan bagi mereka maghfirah (ampunan) dan akan aku izinkan mereka memberi syafaat (do'a pertolongan) kepada siapa saja yang datang sesudah mereka.'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang memohon ampun atas dosa-dosanya. Mereka menyuapkan suatu makanan ke dalam mulutnya. Belum sampai makanan itu ke dalam perutnya, dosa-dosa itu telah diampunkan oleh Allah. Mereka menyuapkan makanan itu dengan menyebut nama-Mu dan mengakhirinya dengan mengucapkan syukur dan memuji-Mu. Jadikanlah mereka itu umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila bercita-cita untuk melaksanakan suatu kebajikan, kemudian tidak dilaksanakannya, akan dicatatkan satu kebajikan. Tetapi bila dilaksanakan kebajikannya itu dicatatkan baginya sepuluh kali lipat dari kebaikan itu, atau sehingga menjadi tujuh ratus kali lipat pahalanya. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila mereka berniat melakukan suatu kejahatan, kemudian tidak dilakukannya, tidaklah dicatatkan baginya suatu dosa. Akan tetapi jika diteruskan cita-citanya itu dengan mengerjakan satu kejahatan barulah dicatatkan baginya satu dosa. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat, mereka itu sebaik-baik manusia. Mereka menyuruh berbuat baik dan melarang perbuatan jahat, jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang dibangkitkan pada hari kiamat dalam tiga golongan. Satu golongan akan masuk ke dalam surga tanpa dihisab. Satu golongan lagi akan dihisab dengan hisab yang ringan saja. Dan golongan terakhir disucikan dari segala dosanya, lalu merekapun masuk ke dalam surga. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan segala kebaikan kepada Muhammad beserta umatnya, maka jadikanlah aku sebagai umatnya!'. Berfirman Allah SWT: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu di antara manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku, maka terimalah apa yang akan Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau menjadi orang-orang yang bersyukur." (Q.S.7:144)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari bertanya kepada sahabat-sahabatnya: "Apa yang kalian katakan mengenai firman Allah berikut ini :

" Dan tidaklah engkau berada dekat bukit Thur (Shina) ketika Kami menyeru ..." (Q.S. 28:46)

'Allah dan Rasul-Nya sajalah yang lebih mengetahui.' Maka bersabda beliau: "Ketika Allah berbicara dengan Musa a.s., maka Musa berkata:"Ya Tuhanku adakah Engkau telah menciptakan seorang mahluk yang lebih mulia di sisi-Mu daripda aku ? Engkau telah memilihku di antara banyak manusia dan Engkau berkata kepadaku di gunung Thur Shina.' Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya Muhammad itu lebih mulia di sisi-Ku daripada semua mahluk-Ku? Sudah Kuteliti semua kalbu hamba-Ku, maka tidak Aku dapati satu kalbupun yang lebih merendah daripada kalbumu. Oleh karena itu Aku memilihmu di antara sekalian manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku. Maka hendaklah engkau mati dalam keadaan mengesakan Aku (bertauhid) dan juga dalam mencintai Muhammad saw.'

Berkata Musa a.s.: 'Ya Tuhanku! adakah di muka bumi ini suatu kaum yang lebih mulia di sisi-Mu daripada kaumku? Engkau telah melindungi mereka dengan awan kemawan. Engkau turunkan Manna dan Salwa dari langit untuk makanan mereka.' Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya kelebihan umat Muhammad atas semua umat yang lain laksana kelebihan-Ku atas sekalian mahluk-Ku?'

Berkata Musa a.s.: 'ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk melihat mereka (umat Muhammad)!' Allah berfirman:'Engkau tidak akan dapat melihat mereka. Tetapi jika engkau ingin mendengar suara mereka, dapatlah Aku memperdengarkan padamu.' Berkata Musa: 'Baiklah, aku mau.' Befriman Allah SWT: ''Wahai umat Muhammad!' maka sekalian umat Muhammad menyahut bersama-sama dengan suara yang keras:'Labbaikallahumma Labbaik!' (kami datang kepada-Mu ya Allah, kami datang), sedangkan ketika itu mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka."
2. Tahapan umur kedua

Tahapan umur ini memiliki masa permulaan yang agak menyerupai tahapan umur alam Barzakh, yaitu semacam campuran antara beberapa sifat ke-akhiratan yang berkaitan dengan masa setelah kebangkitan dan beberapa sifat ke-duniaan yang dialami oleh manusia sebelum kematiannya. Masa permulaan di sini adalah masa dalam kandungan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan masa tersebut.

Disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: " Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (QS: 23;12-14)

Demikian juga Rasullullah telah bersabda: "Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam kandungan ibu berupa setetes air mani selama empatpuluh hari, kemudian menjadi darah yang beku selama empatpuluh hari pula, kemuidan menjadi segumpal daging selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya, meniupkan ruh baginya dan memerintahkan menulis empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalannya dan kesudahannya, sebagai orang sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak dengan surga hanya sehasta, tapi ia didahului oleh suratan takdirnya dan iapun beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli neraka hingga jarak diantaranya dengan neraka itu hanya sehasta, namun ia didahului oleh takdirnya dan iapaun beramal dengan amalan ahli surga, sehingga masuklah ia ke dalam surga." (HR Abdullah bin Mas'ud r.a. dalam shahih Bukhari dan Muslim)

Ibnul Jauzi telah membagi umur pada tahapan ini menjadi lima masa:

1. Masa kanak-kanak; dari sejak dilahirkan hingga mencapai umur lima belas tahun
2. Masa muda; dari umur limabelas tahun hingga umur tigapuluh lima tahun
3. Masa dewasa; dari umur tigapuluh lima tahun hingga umur limapuluh tahun
4. Masa tua; dari umur limapuluh tahun hingga umur tujuhpuluh tahun
5. Masa usia lanjut; dari umur tujuhpuluh tahun hingga akhir umur yang ditentukan oleh Allah SWT.

1. Masa Kanak-Kanak
Pada tahapan masa kanak-kanak berlaku masa keringanan dari Allah SWT yaitu belum adanya taklif (beban kewajiban) atas anak-anak untuk mengerjakan sholat dan puasa ataupun kewajiban syara' (agama) lainnya. Hanya saja para orang tua diwajibkan menyuruh mereka mengerjakannya karena kebaikan dan amal saleh dari anak yang belum baligh selain menjadi amal kebaikannya juga akan menjadi catatan pahala bagi ibu-bapaknya selama kedua orang-tuanya memperhatikan pendidikan dan pemeliharaannya. Jika anak telah mencapai masa baligh dan telah sempurna akalnya yaitu kira-kira umur limabelas tahun maka ia telah menjadi mukallaf. Saat itulah segala kewajiban agama telah berlaku atas dirinya. Kedua malaikat pengawas diperintahkan oleh Allah untuk mencatat segala aktifitas baik lahir maupun bathin-nya.

Sebagaimana firman Allah: "Dan sesungguhnya bagi kamu ada beberapa penjaga. Penulis-penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan." (QS: 82; 10-12)

"Ketika dua malaikat pencatat membuat catatan, satu duduk di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri. Tiada yang diucapkan, satu perkataanpun, melainkan ada di dekatnya (malaikat) pengawas yang selalu hadir." (QS. 50; 17-18)

Malaikat ini akan mendampingi dan hadir pada hari kiamat di hadapan pengadilan Allah SWT dan keduanya menjadi saksi baginya. "Dan datanglah setiap orang bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) penyaksi." (QS. 50; 21)

2. Masa Muda
Pada tahapan masa muda terjadi banyak perubahan baik secara fisik maupunnon-fisik (pubertas). Pada masa ini akan dipenuhi dengan semangat dan kekuatan serta memuncaknya vitalitas. Masa muda ini merupakan kesempatan untuk memperbanyak amalan-amalan serta kebaikan-kebaikan. Namun kecenderungan yang terjadi adalah sebagian besar memanfaatkannya untuk pemuasan nafsu kedunia-an. Dalam hal ini Rasullullah saw telah mengingatkan: "Rebutlah lima perkara sebelum terjadi lima perkara: Masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa lapangmu sebelum tiba masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu." (HR. Al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi'ddunia, Ibnul-Mubarrak) "Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan
2. Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan
3. Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan
4. Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi)

3. Masa Dewasa
Sedangkan apabila seseorang telah mencapai masa dewasa, Allah SWT memberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga kelihatan padanya berbagai ketaatan dan menujukan hatinya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: " Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan. " (QS. 28;14)

" ... sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empatpuluh tahun, berkatalah ia: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai ..." (QS. 46;15)

as-Syaikh al-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad as-Sya'rani dalam kitabnya al-Bahrul-Maurud menyebutkan: "Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empatpuluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya."

Imam Syafi'i (rahimahullah), setelah mecapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: "Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."

Berkata Wahab bin Munabbih: " Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: ' Wahai orang-orang yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh, alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas, saatmu telah tiba! Waspadalah! "

4. Masa Tua
Setelah mencapai tahapan umur dewasa maka manusia akan beralih kepada umur tua. Dalam tahapan ini akan nampak tanda-tanda kelemahan seseorang. Tahapan umur ini oleh Rasullullah saw. dinamakan 'pergulatan dengan maut', yaitu masa-masa umur enampuluhan hingga tujuhpuluhan. Dalam hal ini beliau bersabda: "Masa penuaian umur umatku dari enampuluh hingga tujuhpuluh tahun". (HR. Muslim & Nasa-i)

Rasullullah saw., sahabat Abubakar, Umar dan Ali ra. juga diwafatkan oleh Allah SWT pada kisaran usia ini. Umat sekarang ini tergolong umat yang berumur pendek dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Diriwayatkan bahwa ketika sebagian dari bani Adam meninggal dunia pada umur kurang lebih duaratus tahun, maka banyaklah mahluk yang merasa simpati terhadapnya, karena telah meninggal dalam usia yang muda. Diriwayatkan lagi bahwa Rasullullah saw. ketika merasakan umur umatnya terlalu pendek bila dibandingkan dengan umat sebelumnya, beliaupun memohon dan bertadharru' kepada Allah SWT, mengadukan bahwa tidak cukup waktu bagi umatnya untuk memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT dan menambah amalan untuk akhiratnya. Maka Allah SWT menganugerahkan kepadanya kepada umat Muhammad malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan, untuk memanjangkan nilai umur mereka dan menambah pula pahala dan kebajikan mereka sedemikian rupa. Maka bila beribadah dan munajat kepada Allah SWT pada malam Lailatul Qadar itu, ia seperti beribadah selama seribu bulan yang setara dengan 83 tahun 4 bulan. Demikianlah perhatian Rasullullah saw. yang sangat besar dalam memperjuangkan nasib umatnya.

Telah diriwayatkan bahwa orang pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim a.s. Ketika beliau melihat rambut putih itu beliau bertanya: "Wahai Tuhanku, apa ini?". Allah menjawab: " Ini (tanda) kewibawaan." Berkata Ibrahim: "Tuhanku, tambahkanlah itu bagiku!" Berkata Al-Khatib Ibnu Nutabah: "Sesungguhnya uban itu laksana perbatasan hidup yang tak dapat disekat, kerusakannya tidak dapat diperbaiki oleh zaman. Ia adalah cahaya yang muncul bersama dengan surutnya nafas seseorang, yang akan memimpin seseorang ke tempat onggokan tulang-belulang. Oleh karena itu semoga Allah merahmatimu, jangan membakar cahaya ubanmu dengan api-api dosamu!"

Bersabda nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadist Qudsi: "Telah berfirman Allah SWT:'Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, dan kebutuhan sekalian mahluk-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik lelaki maupun wanita yang telah beruban karena mencapai umur tua di dalam Islam'. Kemudian Rasullullah saw. menangis . Lalu ditanyakan kepadanya:"Apa sebab engkau menangis, ya Rasullullah ?" Jawab beliau: "Aku menangisi orang tua yang Allah malu kepadanya, sedang dia tidak malu kepada Allah SWT."

Sekali peristiwa, Ma'an bin Zaidah datang menghadap Khalifah al-Ma'mun, lalu Khalifah bertanya: "Bagaimana keadaanmu setelah menjadi tua seperti ini?" Jawabnya: "Aku mudah tersungkur hanya karena tersandung sebuah kerikil, dan dapat diikat hanya dengan sehelai rambut." Tanya Khalifah :"Bagaimana halnya dengan makan minum dan tidurmu?" Jawabnya:"Bila aku lapar, aku menjadi marah, bila aku makan aku bosan, bila dalam majlis aku mengantuk, bila di atas tempat tidur mataku terbuka!". Tanya Khalifah selanjutnya:"Bagaimana halmu dengan wanita ?" Jawabnya: 'Yang tua dan buruk aku tidak ingin kepadanya, yang cantik molek tidak suka kepadaku!" Kata Khalifah selanjutnya:" Orang sebijak engkau ini tidak patut menjadi tua" (dari kitab Rabi'ul-Abraar)

Berkata Imam Ghazali dalam uraiannya untuk mengingatkan pada orang-orang yang sudah tua: "Jika anda katakan bahwa mati itu tidak akan terjadi kecuali disebabkan karena sakit dan jarang sekali ia datang dengan tiba-tiba, ketahuilah benar-benar bahwasannya mati itu adakalanya terjadi dengan tiba-tiba. Dan apabila anda sakit, maka anda tidak akan mampu lagi mengerjakan amal-amal saleh sedangkan itu bekal untuk akhirat kelak".

Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dilalaikan oleh harta dan anak-anakmu dari mengingat Allah. maka barang siapa melakukan yang demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah rezeki yang kami berikan kepadamu sebelum maut datang menjumpai seseorang dari kamu; Lalu berkata:'Tuhanku Kalau dapat Engkau tangguhkan matiku sebentar saja, niscaya aku akan memberi sedekah dan aku akan menjadi orang-orang yang mengerjakan kebaikan.' Allah tidak akan memberi tangguh kepada seseorang apabila telah sampai ajalnya, dan Allah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan." (QS 63:9-11)

Rasullullah saw. pernah ditanya: "Adakah orang lain yang akan dibangkitkan bersama para syuhada?" Jawab beliau: "Ya, mereka itulah yang mengingat mati sebanyak duapuluh kali dalam sehari semalam." Di lain peristiwa beliau menjawab: "Merekalah yang banyak mengingat mati dan selalu bersiap-siap menyambutnya. Merekalah orang-orang bijak, yang meninggalkan dunia dengan penuh kehormatan dan tiba di akhirat dengan penuh kemuliaaan."" (HR Ibnu Majah dan Ibnu Abi'ddunia)

Dalam sebuah hadist dijelaskan: "Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai seorang asing atau musafir lalu, dan anggaplah dirimu sebagai seorang diantara penghuni kubur". (HR Bukhari)

Rasullullah saw bersabda: "Apalah arti dunia bagiku. Hubunganku dengan dunia ini laksana seorang pengendara yang sedang berjalan di panas terik, tiba-tiba kelihatan olehnya sebatang pohon, lalu iapun berteduh sejenak dibawahnya, sesaat kemudian ia pergi lagi dan meninggalkannya." (HR Tirmidzi)

Sehubungan dengan uraian Al-Ghazali mengenai kematian seseorang yang disebabkan oleh sakit, Rasullullah saw mengajurkan supaya orang yang sedang sakit banyak beristighfar mengingat Allah sebab ia tidak tahu barangkali ia akan mati karena sakit tersebut. Sekali waktu Rasullullah saw menjenguk seorang yang sedang sakit dan beliau bertanya kepadanya: "Bagaimana perasaanmu?" Jawabnya:"Aku meletakkan sepenuh harapan kepada Tuhanku dan aku selalu cemas tentang dosa-dosaku". Maka berkatalah beliau:"Selama kedua sifat ini terkumpul dalam hati seorang muslim, sedang ia dalam keadaan kritis, maka Allah akan mengabulkan semua yang diharapkan dan meyelamatkan dari semua yang ditakutinya." (HR Tirmidzi)

Dalam hadist lain disebutkan: "Seseorang hamba muslim, ketika menghadapi maut akan digembirakan dengan rahmat Allah dan karunia-Nya, sehingga ia ingin sekali bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun ingin bertemu dengannya. Sebaliknya seorang munafik ketika menghadapi maut akan dipertakuti dengan azab Allah SWT., maka ia tak ingin bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun tak ingin bertemu dengannya. Maka kaum mukminin yang penuh dengan takwa akan digembirakan oleh rahmat Allah SWT ketika hendak keluar dari dunia ini sehingga ruh-ruh mereka hampir-hampir akan terbang dari jasad mereka karena sangat rindu akan Tuhannya dan ingin sekali untuk segera menemui-Nya disaat para malaikat memberi salam kepada mereka menggembirakan mereka dengan surga dan jaminan bahwa mereka tidak akan ketakutan dan tidak akan pula bersedih hati sebagaimana dalam firman Allah: "Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka dikatakan): 'Selamatlah kamu! Masuklah ke dalam surga disebabkan amal baik yang telah kamu kerjakan'" (QS 16:32) (HR Bukhari & Muslim)

Beberapa do'a yang dianjurkan oleh Rasullullah saw dibaca pada saat sakit diantaranya adalah: "Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dholimiin" 'Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini tergolong orang-orang yang aniaya'. Dalam satu riwayat disebutkan bila membaca do'a ini sebanyak 40 kali lalu ia meninggal karena penyakitnya itu maka ia sama dengan mati syahid.

Dari Anas ra. berkata bahwa Rasullullah saw. bersabda mengenai perjalanan manusia dari bayi hingga mencapai umur baligh: "Segala kebajikan yang dikerjakannya akan dicatat pahalanya untuk kedua orang tuanya. Jika ia melakukan kesalahan tidaklah dicatat baginya suatu dosa dan tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah baligh dan qalam mulai mencatat perbuatannya, maka Allah SWT akan memerintahkan kedua malaikat yang bersamanya untuk memelihara serta membenarkan langkahnya. Apabila ia mencapai umur 40 tahun sebagai seorang muslim, maka Allah akan memeliharanya dari tiga penyakit yaitu gila, lepra, dan sopak (belang). Apabila ia mencapai umur 50 tahun, Allah akan meringankan hisabnya. Apabila ia mencapai usia 60 tahun, Allah memudahkan baginya untuk kembali kepada-Nya dalam hal-hal yang disukai-Nya. Apabila ia mencapai umur 70 tahun, niscaya ia akan dicintai seluruh penghuni langit. Apabila ia mencapai usia 80 tahun Allah akan mencatatkan segala kebajikan baginya dan mengampuni segala kejahatannya. Apabila ia mencapai umur 90 tahun Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu dan dosanya yang akan datang dan mengizinkannya memberi syafaat pada semua ahli rumahnya dan ia selalu dibawah pengawasan Allah SWT. Apabila ia mencapai usia yang tua renta (pikun), sehingga tidak mengetahui lagi apa yang dahulu pernah ia ketahui, maka Allah SWT akan mencatatkan segala kebajikan yang pernah dilakukan pada masa sehatnya dulu dan bila ia berbuat suatu dosa maka tidaklah akan dicatatkan lagi baginya sesuatupun."

Sekali peristiwa seorang jenazah lewat di hadapan Rasullullah beliau berkata: "Bebas atau membebaskan!" beliau ditanya:"Wahai Rasulullah Apa maksud bebas atau membebaskan?" Beliau menjawab:"Seorang mukmin yang meninggal dunia akan bebas dari gangguan dunia dan penderitaannya, menuju kepada rahmat Allah. Sedangkan kematian seorang fajir (durhaka) akan membebaskan seluruh hamba Allah, negara, pepohonan dan binatang dari gangguannya." (HR Bukhari dan Muslim)

Berkata Rasulullah saw. kepada Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin sedang kubur adalah tempat aman baginya dan surga adalah tempat tujuannya." Wahai Abu Dzar sesungguhnya dunia ini adalah surga bagi orang kafir, sedang kubur adalah tempat siksaannya dan neraka adalah tempat tujuannya."

Berkata Ibnu Abbas ra.: "Sekiranya anda lihat seseorang sedang menghadapi maut maka gembirakanlah agar ia menemui Tuhannya dengan mnyimpan sangkaan baik terhadap-Nya. Tetapi selama hidup pertakutilah ia dengan hukuman Allah."

Imam Ali ra. berkata: "Apabila seorang mukmin meninggal dunia, tempat shalatnya di bumi akan menangisinya dan tempat naik amalannya ke langit pun akan menangisinya pula"

Bersabda Rasulullah saw: "Siapa saja yang matinya di penghujung Ramadhan maka ia masuk surga. Siapa saja yang matinya di penghujung hari Arafah, maka ia masuk surga. Dan siapa yang matinya tepat saat ia selesai bersedekah, maka ia masuk surga." "Barang siapa meninggal dunia pada malam Jum'at atau hari Jum'at, maka ia akan terlindung dari siksa kubur, dan di hari kiamat ia akan datang dengan tanda-tanda para syuhada padanya."

3. UMUR KETIGA

Tahapan umur ketiga dimulai yaitu saat manusia meninggalkan dunia ini, hingga ia dibangkitkan dari kubur dengan tiupan sangkakala. Ini dinamakan alam Barzakh. Berfirman Allah SWT: "... Dan di belakang mereka ada Barzakh sampai hari mereka dibangkitkan." (QS 23:100)

Jasad atau tubuh akan ikut merasakan kenikmatan dan kesengsaraan ketika masih hidup, dan hancur luluh saat mati namun ruh akan tetap kekal, sedangkan yang menjadi saksi keberadaan kita hanyalah ajbudz-dzanab (tulang-ekor) dan dari inilah tubuh manusia akan dihimpun kembali dan menuju tempat kebangkitan.

Lain halnya dengan jasad para Nabi, mereka dikecualikan dari semua ini dan mereka tetap hidup dalam kubur. Demikian pula para syuhada yang gugur dalam jihad.

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki." (QS 3:169)

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa bahwa ruh para syuhada tersebut bersemayam dalam perut burung-burung yang berwarna hijau, berterbangan di dalam surga dan tinggal di dalam lampu-lampu yang tergantung di 'Arsy. (HR Tirmidzi)

Sedangkan bagi keluarga dan sahabat yang ditinggal mati saudaranya maka mereka berkewajiban: Mengantarkan jenazah sampai ke kuburnya. "Orang yang mengantar jenazah seorang Muslim hingga dishalatkan, maka baginya satu qiraat pahala. Jika ia menunggu sampai jenazah itu dikuburkan, ia mendapat dua qiraat. Dan setiap satu qiraat nilainya sebesar gunung Uhud." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi) "Barangsiapa mengantarkan jenazah saudaranya yang Muslim, maka Allah akan memerintahkan para malaikat untuk mengantarkan jenazahnya dan menyembahyangkannya kelak apabila ia mati." HR Bukhari dan Nasa-i) Mempercepat pengurusan jenazah "Apabila pengurusan jenazah telah selesai dan bila ia sedang dipikul orang banyak (ke kubur), maka bilamana ia adalah jenazah orang yang saleh, ia akan berkata: 'Segerakanlah aku, segerakanlah aku ke kubur. Tetapi bilamana ia bukan seorang yang saleh, ia akan berkata:'Celaka aku! ke mana kalian akan membawaku pergi ?' (HR Bukhari dan Nasa-i)

Bersabda Rasulullah saw: "Percepatlah (mengurus) jenazah. Jika ia termasuk manusia saleh maka sebaiknya kamu menyegerakannya ke kubur agar ia segera menjumpai kebaikan yang tersedia baginya. Jika ia bukan manusia saleh maka ia adalah suatu bencana yang sebaiknya kamu hindarkan dari atas pundakmu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)

Seorang jenazah mengenali dan merasakan siapa yang memandikan, mengafani dan menurunkannya ke liang lahat. Diriwayatkan bahwa ruh orang mati itu berada dalam genggaman malaikat yang mengiringi jenazah itu dan mendengar segala yang dikatakan orang tentang si jenazah tersebut. (HR. Ahmad)

Apabila lubang kubur telah rata dengan tanah hendaklah jenazah tersebut didoakan karena ia sedang berhadapan dengan malaikat Munkar dan Nakir yang akan menanyakan kepadanya tentang Siapa Tuhannya? Apa agamanya? dan Siapa Nabinya? Orang yang diberi keteguhan dan rahmat oleh Allah akan mudah menjawab pertanyaan tersebut namun orang yang sering lalai dalam mengingat Allah akan menerima siksa kubur dengan berbagai adab. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

Bersabda Rasulullah saw.: "Tiada pemandangan yang pernah kulihat lebih menyeramkan daripada kubur." Usman bin Affan ra., setiap kali berada di kuburan selalu mengucurkan airmata hingga membasahi janggutnya. Ketika beliau ditanya orang:"Bila mengingat surga dan neraka, anda tidak pernah menangis seperti ini, apa sebabnya?" maka beliau berkata:"Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda: "Kubur itu adalah tempat pemberhentian pertama dari tempat-tempat di akhirat. Siapa selamat di situ maka setelah itu semuanya akan menjadi lebih mudah dan ringan baginya. Tetapi siapa gagal, maka tempat-tempat setelah itu akan dirasa lebih berat."

"Sesungguhnya di dalam kubur itu akan dijumpai himpitan. Jika ada orang yang bisa selamat daripadanya,maka selamatlah Sa'ad bin Mu'adz daripadanya." (Sa'ad bin Mu'adz adalah seorang sahabat besar yang menurut sebuah riwayat yang menyebabkan terguncangnya 'Arsy ketika beliau meninggal)

oleh: Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad

No comments:

Post a Comment