Laman

Wednesday 9 November 2011

DIGITAL PHOTOGRAPHY FUNDAMENTAL

PHOTOGRAPHY TIPS

MACRO PHOTOGRAPHY

DOF & DIAFRAGMA

DASAR PEMOTRETAN

BASIC PHOTOGRAPHY

TEHNIK PHOTGRAPHY

MODE AF

Mode AF berguna untuk mengoptimalkan efektivitas kecepatan fokus lensa.
1. One Shot
Cocok digunakan untuk pemotretan benda tidak bergerak
2. Al Servo
Cocok digunakan untuk pemotretan objek bergerak, sehingga motor fokus dapat bergerak lebih dinamis dan mengunci fokus pada objek bergerak.
3. Al Focus
Ini merupakan penggabungan mode One-shot dan Al Servo, dimana fokus lensa akan bekerja sebagaimana mode One-shot, namun akan otomatis menjadi Al Servo apabila objek yang tadinya diam tiba2 bergerak.

LENSA CANON MOUNTING

Lensa Canon memiliki 2 jenis mounting ( dudukan lensa ), yaitu EF dan EF-S sementara lensa EF terbagi lagi pada L series dan Non L series. Lensa EF-S dapat digunakan pada kamera dengan crop factor, namun tidak dapat digunakan pada kamera full frame ( seperti 5D atau 1Ds ), walau demikian terdapat adapter untuk menggunakannya pada kamera full frame yang berdampak pada vignette cukup parah. Bacaan pada lensa, seperti EF 24-85mm f/3.5-4.5 USM memiliki penjabaran sebagai berikut:

EF= jenis mounting lensa
24-85mm= Jarak panjang fokal lensa, berarti lensa ini memiliki kemampuan zoom 24mm ( wide ) sampai 85mm ( normal / semi tele ).
f/3.5-4.5= Lensa ini memiliki bukaan maksimum aperture 3.5 pada jarak fokal 24mm dan bukaan maksimum aperture 4.5 pada jarak 85mm.
USM= Ultra Sonic Motor drive ( penamaan jenis motor auto focus pada lensa canon )

untuk lensa EF 24-70mm f/2.8L USM, huruf L di belakang menandakan lensa L series, dimana lensa ini merupakan seri terbaik lensa canon dengan kualitas optik yang lebih prima, dan ketahanan lebih baik ( dust proof & splash proof, CMIIW ). f/2.8 menunjukan bahwa lensa ini memiliki bukaan maksimun aperture yang fix baik pada jarak fokal 24mm maupun 70mm. Panjang lensa yang berbeda secara fisik, sangat relatif, tergantung dari banyaknya elemen optik yang digunakan. Lensa yang panjang belum tentu menandakan lensa dengan jarak fokal yang jauh.

Angka aperture yang tertera pada lensa bukan berarti lensa tersebut hanya mampu memiliki bukaan aperture sesuai tulisan, misal EF 24-85mm f/3.5-4.5 USM, bukan berarti lensa tersebut hanya mampu memiliki aperture dari 3.5 sampai 4.5 saja, tatapi itu adalah bukaan maksimum. Disamping bukaan maksimum, lensa tersebut masih dapat mencapai bukaan minimum ( rata2 sampai 29 ). Jadi bukaan 5.6, 7.1, 8, 11, dst... masih dapat dilakukan oleh lensa tersebut.

METERING

Metering merupakan metode pengukuran intensitas cahaya dari objek foto, sehingga akan mempengaruhi titik berat pengaturan exposure dalam pemotretan. Mode metering yang lazim ditemui adalah sebagai berikut:
1. Evaluative metering
Mode metering ini akan menyesuaikan titik berat pengukuran cahaya secara otomatis sesuai dengan suasana pemotretan sehingga mode ini sangat umum digunakan sebagai mode "all round" atau pada segala situasi

2. Partial metering
Mode metering ini baik digunakan untuk memperoleh pengukuran cahaya akurat apabila objek foto dikelilingi cahaya yang kuat, seperti ketika hendak mengambil foto objek dengan cahaya kuat di belakangnya. Metode ini bekerja dengan cara menitik beratkan pengukuran cahaya pada 9% bagian tengah dari frame pengambilan foto. Mode ini sangat peka terhadap cahaya, maka apabila menggunakan mode ini dan mengaktifkan self timer, pastikan view finder tertutup dengan eye piece cover ( yang biasanya terletak pada strap original kamera ) agar cahaya tidak masuk dari view finder, karena cahaya yang masuk dapat mengakibatkan kesalahan kalkulasi dan menghasilkan foto yang under exposure.

3. Center-weighted average metering
Mode metering ini baik digunakan pada saat akan megambil foto objek dengan cahaya kuat disekitar objek. Pada kamera dengan sensor auto focus ( AF ) 9 titik, apabila menggunakan mode ini maka titik AF yang bekerja hanya 7 titik yang terletak di tengah. Cara kerja dari mode metering ini adalah mengukur terlebih dahulu pencahayaan objek di tengah kemudian menyeimbangkan nya kembali dengan mengukur pencahayaan keseluruhan suasana.


Spoiler for foto tombol mode metering:

PANNING

Panning

Spoiler for Panning:
Mirip dengan metode foto movement, namun dalam foto panning gerakan objek lebih ditampilkan melalui background yang bergerak. Prinsip dasar foto panning sama dengan foto movement, hanya saja pada saat pemotretan, kamera ikut bergerak mengimbangi gerakan objek, sehingga objek tetap fokus namun background yang dihasilkan bergerak.
Contoh foto panning:
Spoiler for foto1:


Cara foto panning:
Bidik sasaran bergerak ( pada umumnya mobil ), tekan tombol shutter 1/2 agar fokus mengunci objek, gerakan kamera mengikuti objek seketat mungkin agar objek tetap fokus, sekiranya dirasa gerakan kamera sudah mengimbangi gerakan objek, tekan tombol shutter penuh dengan kamera yang tetap bergerak mengikuti objek.

Pertanyaan yang sering dilontarkan:
1. Mengapa foto buram semua?
Jawab: Bisa jadi karena gerakan kamera tidak sesuai dengan gerakan objek. Cobalah percepat shutter speed dan coba untuk mengikuti gerakan objek seketat mungkin.

2. Mengapa foto fokus semua?
Jawab: Bisa jadi karena shutter speed terlalu cepat dan atau kamera kurang digerakan pada saat pemotretan.

DASAR-DASAR PHOTOGRAPHY

Fotografi:
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Foto ( Cahaya ) dan Graphia ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar.

Kamera SLR:
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik ( viewfinder ) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa.

Seperti dibahas terdahulu, fotgrafi berkaitan erat dengan cahaya, maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed ( Kecepatan Rana ) dan Aperture ( Diafragma ).

Spoiler for Shutter Speed:

Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur.

Foto dengan shutter speed cepat

Foto dengan shutter speed lambat


Spoiler for Aperture:

Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...

Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa ( f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0 ).

Gambar Aperture pada lensa

Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.


Pada kamera Canon 350D terdapat 12 mode pemotretan:

A-DEP= Automatic Depth of Field
Pada mode ini, pengaturan fokus foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik pada foreground maupun background.

M= Full Manual
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.

Av= Aperture Value Priority
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.

Tv= Time Value Priority
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.

P= Program
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.

Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal "jepret" saja.

Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.

Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.

Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.

Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.

Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.

No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan untuk mengimbangi kebutuhan cahaya. 

Setiap kamera memiliki light meter yang berfungsi mendeteksi intensitas cahaya. Sebelum menekan tombol shutter, apabila menggunakan kamera pada mode manual ada baiknya memperhatikan exposure meter terlebih dahulu.
Berikut gambar exposure indicator:

Tampak pada gambar di atas bar yang mengindikasikan exposure. Apabila ingin menghasilkan foto dengan cahaya yang baik, letakan bar pada posisi tengah ( normal exposure ), namun apabila menghasilkan foto yang lebih terang, geser bar ke arah tanda + ( menjadi over exposure ), dan sebaliknya, untuk hasil foto yang lebih gelap geser bar ke arah - ( menjadi under exposure )

Pertanyaan yang sering dilontarkan:


1. Mengapa foto yang dihasilkan gelap?
Jawab: Karena cahaya yang ada kurang memadai, sehingga foto menjadi under exposure. Coba untuk naikan ISO agar shutter speed dapat menjadi lebih cepat.

2. Mengapa masih tampak pergerakan / gambar yang dihasilkan buram?
Jawab: Bisa jadi karena shutter speed kurang cepat mengimbangi kecepatan objek, namun apabila buram bisa jadi juga karena fokus lensa tidak tepat jatuh pada objek
 Movement

Spoiler for Movement:
Bertentangan dengan foto freeze, foto movement bertujuan memperlihatkan pergerakan objek dengan shutter speed yang rendah, sehingga pergerakan objek dapat tampak pada hasil foto. Shutter speed yang digunakan cenderung rendah agar pergerakan objek dapat terekam ( misal 1/5 detik, 1 detik, dst ), namun yang patut diperhatikan adalah kamera harus tetap dalam posisi statis agar background daripada objek tetap fokus walaupun shutter speed lambat.

Berikut contoh foto movement:
Spoiler for foto 1:
Spoiler for foto 2:
Spoiler for foto 3:
Pertanyaan yang sering dilontarkan:
1. Mengapa foto menjadi putih dan gambar tidak jelas?
Jawab: Cahaya pada saat pengambilan foto surplus, sehingga menjadi over exposure. Untuk mensiasatinya, perkecil bukaan lensa dengan menaikan aperture.

2. Mengapa foto menjadi buram semua?
Jawab: Karena kamera mengalami pergerakan pada saat shutter terbuka, sehingga gambar yang dihasilkan menjadi blur. Untuk menghindari hasil yang blur, gunakan tripod atau letakan kamera pada tempat yang statis dan stabil. 

Monday 7 November 2011

ISO Setting

Tips untuk mengubah ISO setting

ISO setting

Di dalam kamera digital terdapat ISO setting,lalu apa sebenarnya ISO itu sendiri?
Seperti biasa sebelum menjawab pertanyaan diatas,saya akan mengajak kembali ke masa dimana kita menggunakan kamera film,pada saat kita akan membeli film,pasti penjual akan bertanya,"mo pake ASA berapa?"
Nachhh... sebenarnya ISO dan ASA adalah sama, ISO adalah istilah internasional sedangkan ASA adalah istilah jepang,trus ada lagi DIN kalo yang ini adalah istilah eropa.

"Jadi apa dong ISO/ASA/DIN?" 

Weiittss... tenang brother,nich mo dijelasin..

ISO dalam fotografi yang masih menggunakan film berarti kadar kepekaan film terhadap cahaya.
Kalo dalam dunia fotografi digital yang mana tidak menggunakan film lagi,maka ISO adalah kadar kepekaan sensor gambar terhadap cahaya.
Kadar kepekaan/sensitifitas sensor gambar ini diwakili dengan angka,contoh: ISO 100,ISO 200,ISO 400,dst...

"lho.. ada banyak juga setting ISO,trus buat apa itu masing-masing ISO dengan angka yang berbeda?"

Sabar brotheeeerr..
Seperti diterangkan diatas bahwa ISO adalah kadar/ukuran kepekaan sensor gambar terhadap cahaya,maka semakin besar angka pada ISO maka semakin peka pula sensor gambar terhadap cahaya.

"Jadi apa maksud dari kepekaan terhadap cahaya?"

Kepekaan sensor gambar diartikan sebagai kekuatan sensor untuk menyerap cahaya,jadi semakin peka maka semakin kuat sensor menyerap cahaya.

Jadi kesimpulannya apabila cahaya disekeliling mencukupi gunakanlah ISO rendah,karena cahaya sudah cukup maka tidak diperlukan kekuatan untuk menyerap cahaya dari sensor gambar,tetapi apabila cahaya disekeliling redup atau gelap maka gunakanlah ISO tinggi karena sensor gambar memerlukan kekuatan untuk menyerap cahaya. 

Petunjuk pemakaian ISO setting:
1.ISO rendah
Yang termasuk dalam rentang ISO rendah adalah ISO 25 - ISO 200,pada rentang ISO rendah ini sangat cocok untuk untuk situasi outdoor dengan sinar matahari yang terang dari pagi sampai siang.
2.ISO sedang
Rentang ISO sedang yaitu ISO 400 - ISO 800,baik digunakan untuk outdoor pada sore hari atau dalam keadaan mendung.
3.ISO tinggi
ISO tinggi digunakan untuk pemotretan dalam keadaan cahaya gelap,yang termasuk dalam ISO tinggi adalah ISO 1600 keatas.

Untuk tip & trik mengenai ISO setting bersambung ya...


Kamis, 18 Februari 2010

White Balance

Apakah itu white balance? Apa fungsi white balance? Kenapa kita harus tahu bagaimana menggunakan white balance dalam kamera digital kita?
Yaa.. pertanyaan seperti itu selalu muncul dibenak pemilik kamera digital pada umumnya.
Sebelum saya menerangkan tentang apa itu white balance di kamera digital,saya ingin bertanya,apakah anda pernah mengambil foto seseorang tetapi hasilnya warna kulitnya tampak tidak natural? tampak pucat,atau malah tampak kekuning-kuningan?
Jika jawabannya iya,atau bahkan anda sering mengalami hal seperti ini pada saat mengambil foto,maka hal yang perlu diperhatikan adalah setting white balance pada kamera digital anda.

White balance adalah salah satu aspek dalam fotografi digital yang akan mempengaruhi hasil foto kita. Tetapi pada umumnya,sebagian dari kita pengguna kamera digital tidak pernah memperhitungkan setting white balance,kita hanya senang bahkan selalu menggunakan setting auto white balance.

Jadi pada intinya setting white balance sangat diperlukan untuk mendapatkan warna yang seakurat mungkin (true colour) pada hasil foto kita.

Oke,lebih jelasnya seperti ini:
White balance saya artikan sebagai kemampuan kamera dalam membaca/menterjemahkan warna putih berdasarkan sumber cahaya yang ada. Warna putih yang dibaca oleh kamera akan mempengaruhi warna-warna lainnya.
Mengapa sumber cahaya mempengaruhi kemampuan kamera dalam membaca warna putih?
Karena setiap sumber cahaya mempunyai suhu yang berbeda sehingga bisa mempengaruhi kamera dalam membaca warna putih,contoh:
Sumber cahaya dari lampu neon akan menghasilkan warna yang kebiru-biruan (cool colour) pada foto kita,sedangkan sumber cahaya dari lampu pijar/bohlam menghasilkan gambar yang kemerah-merahan/kekuning-kuningan (warm color) pada hasil foto kita.

So,kita harus mensetting white balance pada kamera kita setiap saat,tergantung dari sumber cahaya yang kita temui pada saat kita mengambil foto,karena kamera berbeda dengan mata kita yang bisa secara kasat mata membaca warna putih pada sumber cahaya yang berbeda-beda. 

Illustrasi foto:
Gambar dibawah ini saya ambil di ruangan dengan sumber cahaya didominasi lampu neon dan menggunakan setting AUTO WHITE BALANCE (AWB)


Hasilnya foto yang dihasilkan berwarna pucat karena kamera secara otomatis membaca warna putih dari sumber cahaya neon sebagai cool colour dan warna yang lainpun terpengaruhi.


Dan kemudian dari setting AWB saya ganti menjadi setting Fluorescent White balance yang berfungsi untuk menghagatkan suhu cahaya dari ruangan,dan hasilnya:



Wuaaalaaaa...
Warna lebih nampak natural,karena kita telah memberikan perintah kepada kamera dengan mengeset flourescent wb untuk menghangatkan suhu cahaya dari sumber cahaya yang ada di ruangan yaitu lampu neon.


Kalo kita akan menilai mana yang lebih bagus dari kedua gambar diatas jawabannya pasti tergantung dari selera masing-masing,tetapi apabila kita akan menilai mana yang lebih natural dalam warna maka foto ke-2 adalah jawabannya.

Berikut adalah setting dan fungsi white balance yang ada di kamera digital pada umumnya:
AUTO :
sering juga disingkat dengan AWB,berfungsi untuk secara otomatis membaca warna putih yang dihasilkan oleh cahaya disekitar.
DAYLIGHT :
Dilambangkan dengan simbol matahari,ideal untuk mengambil gambar outdoor pada saat matahari bersinar terang dan langit biru,karena pada situasi seperti ini warna putih akan terbaca secara kasat mata oleh kamera.
TUNGSTEN :
Simbol dari WB ini adalah lampu bohlam,ideal untuk pemotretan indoor yang sumber cahayanya didomonasi oleh lampu pijar/bohlam yang akan menghasilkan warna kemer-merahan sehingga diperlukan tungsten wb untuk membuat warna lebih sejuk.
FLOURESCENT :
Simbolnya seperti lampu neon,ideal untuk indoor yang sumber cahayanya didominasi oleh lampu neon yang menghasilkan warna yang dingin atau kebiru-biruan,so dengan flourescent wb kita menghangatkan warna yang dingin.
SHADE :
Simbolnya gambar rumah dengan bayangan,apabila kita mengambil objek yang berada dibawah bayang-bayang maka hasilnya kebiru-biruan,maka untuk memunculkan warna yang natural gunakanlah setting shade wb.
CLOUDY :
Simbolnya gambar awan,apabila pada saat pengambilan gambar suasana berawan warna yang dihasilkan akan pucat,maka untuk meningkatkan warna gunakanlah cloudy wb setting.
FLASH :
Simbolnya kilat,jika kita menggunakan flash hasil warna pada gambar akan kebiru-biruan karena cahaya flash sifatnya lembut maka gunakanlah flash wb untuk menaikkan warna.

Dengan setting-setting WB diatas pada  umumnya kita dapat menghasilkan warna yang akurat,tetapi apabila kita kurang puas dengan setting-setting diatas maka kita masih bisa menggunakan setting manual white balance di kamera kita,yaitu dengan mengesetnya pada:

CUSTOM:
Custom WB pada intinya kita mereferensikan warna putih pada kamera digital. Caranya kita bisa menggunakan white/grey card yang memang di desain untuk keperluan ini,atau bisa dengan kertas putih bersih kemudian kita potret kertas putih itu,fokuskan pada titik putih.Setelah gambar dkertas putih itu kita ambil dan hasilnya sesuai dengan warna putih maka pergilah ke menu pada kamera digital dan pilih custom WB dan set foto kertas putih tersebut disana. apabila sudah selesai maka kita telah memberikan referensi warna putih pada kamera dan kemudian kamera akan menyesuaikannya dengan warna-warna yang lain.

Mengenal Fitur/Setting pada Kamera Digital

Sebelum kita belajar tentang fotografi digital ada baiknya kita mengenal lebih dahulu fitur/fungsi/mode yang ada pada kamera digital,hampir semua jenis kamera digital sekarang dilengkapi dengan mode,dan mode itu sendiri dibagi menjadi AUTO mode,SEMI AUTO mode dan FULLY MANUAL mode.



Dibawah ini akan dijelaskan fungsi dari mode yang ada:

AUTOMATIC MODES
AUTO MODE :


Mengenai auto mode saya rasa tidak perlu dijelaskan secara detail karena hampir semua pengguna kamera digital menggunakan mode ini untuk mengambil foto.



Dengan mode ini ketika kamera diarahkan ke objek yang akan kita ambil,kamera secara otomatis akan memilih shutter speed(kecepatan buka tutup rana),aperture(diagfragma/besar kecil bukaan rana),ISO(sensitivitas image sensor terhadap cahaya),white balance,fokus,dan flash yang sesua untuk mengambil gambar yang dimaksud.Biasanya dengan mode ini akan menghasilkan gambar yang bagus dalam situasi apapun.

Tapi perlu diingat dengan auto mode kamera kadang tidak bisa secara otomatis menghasilkan gambar seperti apa yang kita mau,maka dari itu ditambah beberapa mode/fungsi yang ada di auto mode.

PORTRAIT MODE :



portrait mode


Ketika akan mengambil objek gambar secara close-up,pindahkan settingan pada kamera digital pada portrait mode.Secara otomatis pada portrait mode,kamera akan memilih large aperture (bukaan rana besar),yang artinya objek utama dari gambar kita akan fokus sedangkan background menjadi out of focus/blur.

Untuk menghasilkan gambar yang bagus dengan menggunakan portrait mode,kita harus dekat dengan objek yang akan kita ambil baik dengan cara zoom atau mendekat ke objek tersebut,sebagai contoh apabila kita akan mengambil gambar close-up seseorang,cukup ambil gambar dari wajah sampai sebatas pundak,maka nanti hasilnya wajah akan fokus dan background menjadi out of focus/blur.

MACRO MODE :




macro mode



Hampir sama dengan portrait mode,tetapi pada macro mode ini lebih cocok untuk mengambil objek foto yang ukurannya kecil seperti bunga,serangga atau benda-benda kecil lainnya.Setiap kamera digital mempunyai kemampuan macro yang berbeda termasuk perbedaan jarak fokus juga (rata-rata jarak fokus untuk kamera point and shoot adalah 2-10cm).

Untuk mengambil gambar macro diperlukan kestabilan dalam memegang kamera karena apabila bergerak sedikit dari jarak fokus maka gambar yang dihasilkan akan out of focus.Maka biasanya untuk pengambilan makro diperlukan bantuan tripod,dan sebagai tambahan built in flash tidak disarankan,karena hasilnya gambar akan over exposure/terlalu terang.

LANDSCAPE MODE :



Landscape mode



Apabila pada portrait mode dan macro mode kamera akan memilih large aperture,maka pada landscape mode kamera akan memilih small aperture yang artinya gambar yang kita ambil akan fokus dari depan (foreground) hingga belakang (background) atau dalam kata lain semua gambar yang kiat ambil akan terlihat tajam.

Sangat cocok untuk mengambil gambar pemandangan yang luas.

SPORTS MODE :

sport mode



Sports mode/action mode ini dirancang untuk mengambil objek gambar yang bergerak,sepertiorang sedang berlari,balap mobil atau benda-benda yang bergerak lainnya.

Tujuan dari sports mode adalah membuat gambar objek yang bergerak tertangkap dengan tajam (freeze the action),bisa kita coba untuk mengambil gambar orang yang sedang melompat.

NIGHT MODE :

night mode



Night mode difungsikan untuk pengambilan gambar pada situasi pencahayan yang rendah,biasanya pada malam hari,dan diperlukan kestabilan kamera pada waktu menggunakan night mode karena apabila terjadi gerakan sedikit saja maka gambar yang dihasilkan akan blur.

SEMI AUTOMATIC MODE

Apabila dalam auto mode,kamera akan berpikir sendiri dan menentukan setting dengan sendirinya sesuai dengan keadaan cahaya disekelilingnya maka dengan setting semi auto/semi manual ,kita yang akan menentukan setting dan selebihnya kamera akan menyesuaikan settingan kita dengan keadaan cahaya yanga ada.

berikut adalah mode yang ada di semi automatic mode :

APERTURE PRIRORITY MODE (A atau AV)

Pada mode ini kita akan memilih besar kecilnya bukaan diagfragma/rana pada lensa dan kamera akan menyesuaikan settingan ISO dan shutter speed dengan sendirinya.Bukaan diafragma/rana pada display kamera adalah F/number,contoh F/4.0,F/4.5,F/5.0 dst sampai F/32.

Semakin kecil angka pada F/number berarti semakin besar bukaan pada difragma lensa (apabila kita memilih F/number kecil artinya kita akan mendapatkan area fokus yang kecil juga,contoh untuk foto close up atau makro,karena kita hanya ingin fokus pada wajah saja dan background menjadi blur)

Semakin besar angka pada F/number berarti semakin kecil bukaan pada diafragma lensa (dengan diafragma kecil berarti kita akan menghasilkan gambar yang fokus dari depan hingga belakang,contoh foto pemandangan)

SHUTTER PRIORITY MODE (S atau TV)

Shutter priority hampir sama dengan aperture priority,bedanya disini kita memilih speed/kecepatan tutup rana dan kamera akan menyesuaikan settingan aperture,ISO secara otomatis. Shutter priority pada display kamera akan ditampilkan dengan angka yang mewakili speed yang kita pilih,contoh 1/400" ,1/250",1/100",1/60",1/30" dst hingga 30".

Apabila kita akan mengambil objek gambar yang bergerak dan ingin membuat objek menjadi "freeze" atau diam maka kita gunakan speed yang tinggi(fast shutter speed).

Slow shutter speed biasanya digunakan pada keadaan dimana cahaya disekitar kita kurang (gelap),slow shutter speed juga bisa digunakan untuk membuat efek blur pada objek yang bergerak,contoh air terjun jika kita ambil dengan menggunakan slow shutter speed (antara 1/5" sampai 1/15") maka air akan kelihatan putih seperti kapas.

Catatan:

jika kita menggunakan speed rendah,maka diperlukan kestabilan dalam memegang kamera atau gunakanlah tripod agar kamera tidak bergerak,karena gerakan sedikit pada speed rendah akan menghasilkan gambar yang out of focus.

PROGRAM MODE (P)

Biasa juga disebut dengan "Program AE" (program auto exposure/program pencahayaan otomatis). fungsinya hampir sama dengan fully automatic tetapi disini kita bisa mengatur white balance,flash,ISO dll secara manual.

AUTO DEPHT-OF FIELD (A-DEP)

Dengan menggunakan mode ini objek gambar dari depan hingga belakang akan fokus dengan sendirinya,dengan menekan setengah pada shutter kita bisa mengendalikan fokus sesuai keinginan kita.

FULLY MANUAL MODE

MANUAL MODE (M)

Dengan menggunakan manual mode kita dengan bebas mengontrol settingan sesuai dengan kemauan kita tapi perlu diingat bahwa kita perlu berpikir dalam menggunakan shutter speed,aperture,ISO,WB,flash dan lain-lain untuk menghasilkan gambar yang pencahayaannya cukup,tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang. Untuk menggunakan mode manual ini diperlukan latihan dan kebiasaan dalam mengontrol kamera.

Selamat bereksperimen dengan kamera digital anda,tentukan mode mana yang paling sering atau cocok untuk anda,dan jangan ragu untuk selalu mencoba dan bereksperimen dengan mode yang ada di kamera anda.Saran,kritik dan pertanyaan tentang tulisan ini sangat diharapkan agar tulisan ini makin bermanfaat.