Laman

Saturday, 25 September 2010

RENUNGAN TENTANG UMUR MANUSIA

Di mana aku sebelum dilahirkan? Apa tugasku dalam kehidupan dunia ini? Kemana kita pergi setelah mati? Apa yang terjadi dengan umur kita yang semakin hari semakin berkurang ini? seringkali pertanyaan-pertanyaan demikian mengusik kita. Penjelasan yang cukup menarik untuk kita renungkan mengenai umur manusia ini dijabarkan dalam karya besar ulama dan sufi terkenal Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. Dalam karyanya, beliau menjabarkan secara rinci tentang perjalanan hidup manusia, di mana pada intinya kehidupan manusia terbagi pada lima tahapan umurnya:

1. Masa perpindahannya sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan.
2. Masa kehidupan di dunia sejak ia dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah SWT.
3. Masa tinggal di alam Barzah sejak wafat hingga dibangkitkan kembali.
4. Masa tinggal di padang Mahsyar sejak dibangkitkan hingga diputuskan amalnya oleh Allah SWT.
5. Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan surga atau dalam kepedihan neraka.

Apa yang saya postingkan ini adalah 100% berasal dari buku karya beliau, tentunya dengan segala keterbatasan dan kekurangan saya yang masih awam ini. Semoga Allah SWT memberi petunjuk demikian juga para salik sekalian. Amin.

Wassalamu'alaikum wr. wb.
Irfan Budianto (Jazzakumullah khairan katsiran – wrs)


1. UMUR PERTAMA

Saat Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum ahli kanan (ahlul-yamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-simal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari Mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keeasaan dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, lembah dekat padang Arafah) sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. 7;172 : '' Dan ketika Tuhan kamu mengeluarkan keturunan Adam dari punggungnya dan Ia mengambil kesaksian dari mereka dengan berfirman: 'Bukankah Aku ini Tuhan kamu ?' mereka menjawab: 'Ya, kami menjadi saksi.' Demikianlah supaya kamu di hari kiamat nanti tidak mengatakan: 'Kami ini lalai dari perkara itu'".

Ayat ini membuktikan bahwa zurriyat Adam telah memiliki wujud dan pendengaran namun mereka berada dalam tingkatan wujud yang lain. Bukan pada tingkatan wujud seperti yang tampak pada dunia ini. Dalam riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah disebutkan, ketika Allah SWT mengeluarkan zurriyat dari Adam a.s. lalu dilihat oleh Adam seorang dari mereka gagah perawakannya maka bertanyalah Adam tentang dia, Adam diberitahu bahwa itu adalah anaknya, Daud a.s. lalu Adam bertanya kepada Allah SWT "berapa usia Daud yang telah Engkau tetapkan?" Jawab Allah SWT: ' "Enampuluh tahun". Adam kemudian memohon agar Daud dipanjangkan usianya. Maka Allah SWT berfirman : " Itulah usianya yang telah Aku tetapkan ". Berkata Adam a.s. : " Aku ingin menambahkannya empat puluh tahun dari usiaku". Dan sebelum itu Allah SWT telah menetapkan umur Adam seribu tahun.

Ketika nabi Musa a.s. melihat di dalam Taurat, tersebut suatu umat yang sifat-sifatnya amat menarik dan perilakunya sangat baik dan mulia, beliau bertanya kepada Allah SWT, Siapakah gerangan umat itu ? Siapa nabi yang diutus kepadanya ? nabi Musa memohon supaya umat tersebut menjadi umatnya, maka Allah SWT berfirman: " Umat itu ialah umat Ahmad (Muhammad) ". Nabi Musa memohon kepada Allah agar menampakkan umat itu kepadanya, kemudian Allah menampakkan umat itu kepada nabi Musa sebagaimana firman Allah SWT : " Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada di dekat gunung Thur (Sina) ketika kami memanggil ... " (QS 28;46).

Hal ini merupakan bukti bahwa zurriyat manusia itu sudah ber"wujud" sebelum lahir di dunia ini. Demikian pula Rasulullah saw., sudah ber"wujud" dengan wujud yang lebih lengkap dan sempurna di dalam tingkatan umur pertama tersebut.

Sedangkan keutamaan umat Muhammad saw (al ummah al-Muhammadiyah) telah banyak disinggung dalam hadist-hadist beberapa di antaranya:

Berkata Wahab bin Munabbih (rahimahullah): " Ketika Musa a.s. membaca lauh-lauh (papan bertulis), terlihat olehnya sifat-sifat kelebihan umat Muhammad saw., lalu beliau berkata: ' Ya Tuhanku siapakah gerangan umat yang dirahmati seperti yang kudapati dalam lauh-lauh ini ?' maka berfirman Allah SWT: ôItulah umat Muhammad. Mereka rela dengan rezeki sedikit yang aku berikan kepadanya, maka Aku pun rela dengan amalan yang sedikit dari mereka. Akan Aku masukkan mereka ke dalam surga dengan kesaksian Laa ilaaha illallah !

Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan wajah-wajah yang bercahaya laksana bulan purnama. Jadikan lah mereka itu umatku ya Allah!' berfirman Allah: ' Mereka itu adalah umat Muhammad. Aku bangkitkan mereka pada hari kiamat dengan wajah bersinar dan bercahaya disebabkan bekas-bekas wudhu dan sujud mereka'.

Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berkain Selendang di pundak dan bersenjatakan pedang di bahu masing-masing. Mereka itu orang-orang yang senantiasa bertawakkal dan dadanya penuh keyakinan. Mereka menyerukan nama Allah di hadapan tiap-tiap rumah Allah untuk berjihad diatas kebenaran, sehingga akhirnya merekapun membunuh Dajjal. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: ' Tidak! mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang bershalat lima kali sehari semalam, sehingga terbukalah pintu-pintu langit dan turunlah rahmat bagi mereka. Jadikanlah mereka itu umatku, ya Allah!' Berfirman Allah : 'Mereka itu adalah umat Muhammad'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berpuasa di bulan ramadhan untuk-Mu, lalu Engkau mengampuni segala kesalahan mereka sebelum mereka itu. Jadikanlah mereka itu umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang mengunjungi Baitul Haram (Ka'bah) karena-Mu, tiada keperluan lain kecuali itu. Mereka hanya meratap dan menangisi diri sendiri serta mengumandangkan suara takbir membesarkan nama-Mu. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.' Musa berkata lagi: 'Apakah ganjaran mereka atas perbuatan itu?' jawab Allah: 'Aku akan menambahkan bagi mereka maghfirah (ampunan) dan akan aku izinkan mereka memberi syafaat (do'a pertolongan) kepada siapa saja yang datang sesudah mereka.'

Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang memohon ampun atas dosa-dosanya. Mereka menyuapkan suatu makanan ke dalam mulutnya. Belum sampai makanan itu ke dalam perutnya, dosa-dosa itu telah diampunkan oleh Allah. Mereka menyuapkan makanan itu dengan menyebut nama-Mu dan mengakhirinya dengan mengucapkan syukur dan memuji-Mu. Jadikanlah mereka itu umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila bercita-cita untuk melaksanakan suatu kebajikan, kemudian tidak dilaksanakannya, akan dicatatkan satu kebajikan. Tetapi bila dilaksanakan kebajikannya itu dicatatkan baginya sepuluh kali lipat dari kebaikan itu, atau sehingga menjadi tujuh ratus kali lipat pahalanya. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila mereka berniat melakukan suatu kejahatan, kemudian tidak dilakukannya, tidaklah dicatatkan baginya suatu dosa. Akan tetapi jika diteruskan cita-citanya itu dengan mengerjakan satu kejahatan barulah dicatatkan baginya satu dosa. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat, mereka itu sebaik-baik manusia. Mereka menyuruh berbuat baik dan melarang perbuatan jahat, jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang dibangkitkan pada hari kiamat dalam tiga golongan. Satu golongan akan masuk ke dalam surga tanpa dihisab. Satu golongan lagi akan dihisab dengan hisab yang ringan saja. Dan golongan terakhir disucikan dari segala dosanya, lalu merekapun masuk ke dalam surga. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'

Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan segala kebaikan kepada Muhammad beserta umatnya, maka jadikanlah aku sebagai umatnya!'. Berfirman Allah SWT: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu di antara manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku, maka terimalah apa yang akan Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau menjadi orang-orang yang bersyukur." (Q.S.7:144)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari bertanya kepada sahabat-sahabatnya: "Apa yang kalian katakan mengenai firman Allah berikut ini :

" Dan tidaklah engkau berada dekat bukit Thur (Shina) ketika Kami menyeru ..." (Q.S. 28:46)

'Allah dan Rasul-Nya sajalah yang lebih mengetahui.' Maka bersabda beliau: "Ketika Allah berbicara dengan Musa a.s., maka Musa berkata:"Ya Tuhanku adakah Engkau telah menciptakan seorang mahluk yang lebih mulia di sisi-Mu daripda aku ? Engkau telah memilihku di antara banyak manusia dan Engkau berkata kepadaku di gunung Thur Shina.' Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya Muhammad itu lebih mulia di sisi-Ku daripada semua mahluk-Ku? Sudah Kuteliti semua kalbu hamba-Ku, maka tidak Aku dapati satu kalbupun yang lebih merendah daripada kalbumu. Oleh karena itu Aku memilihmu di antara sekalian manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku. Maka hendaklah engkau mati dalam keadaan mengesakan Aku (bertauhid) dan juga dalam mencintai Muhammad saw.'

Berkata Musa a.s.: 'Ya Tuhanku! adakah di muka bumi ini suatu kaum yang lebih mulia di sisi-Mu daripada kaumku? Engkau telah melindungi mereka dengan awan kemawan. Engkau turunkan Manna dan Salwa dari langit untuk makanan mereka.' Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya kelebihan umat Muhammad atas semua umat yang lain laksana kelebihan-Ku atas sekalian mahluk-Ku?'

Berkata Musa a.s.: 'ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk melihat mereka (umat Muhammad)!' Allah berfirman:'Engkau tidak akan dapat melihat mereka. Tetapi jika engkau ingin mendengar suara mereka, dapatlah Aku memperdengarkan padamu.' Berkata Musa: 'Baiklah, aku mau.' Befriman Allah SWT: ''Wahai umat Muhammad!' maka sekalian umat Muhammad menyahut bersama-sama dengan suara yang keras:'Labbaikallahumma Labbaik!' (kami datang kepada-Mu ya Allah, kami datang), sedangkan ketika itu mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka."
2. Tahapan umur kedua

Tahapan umur ini memiliki masa permulaan yang agak menyerupai tahapan umur alam Barzakh, yaitu semacam campuran antara beberapa sifat ke-akhiratan yang berkaitan dengan masa setelah kebangkitan dan beberapa sifat ke-duniaan yang dialami oleh manusia sebelum kematiannya. Masa permulaan di sini adalah masa dalam kandungan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan masa tersebut.

Disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: " Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (QS: 23;12-14)

Demikian juga Rasullullah telah bersabda: "Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam kandungan ibu berupa setetes air mani selama empatpuluh hari, kemudian menjadi darah yang beku selama empatpuluh hari pula, kemuidan menjadi segumpal daging selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya, meniupkan ruh baginya dan memerintahkan menulis empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalannya dan kesudahannya, sebagai orang sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak dengan surga hanya sehasta, tapi ia didahului oleh suratan takdirnya dan iapun beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli neraka hingga jarak diantaranya dengan neraka itu hanya sehasta, namun ia didahului oleh takdirnya dan iapaun beramal dengan amalan ahli surga, sehingga masuklah ia ke dalam surga." (HR Abdullah bin Mas'ud r.a. dalam shahih Bukhari dan Muslim)

Ibnul Jauzi telah membagi umur pada tahapan ini menjadi lima masa:

1. Masa kanak-kanak; dari sejak dilahirkan hingga mencapai umur lima belas tahun
2. Masa muda; dari umur limabelas tahun hingga umur tigapuluh lima tahun
3. Masa dewasa; dari umur tigapuluh lima tahun hingga umur limapuluh tahun
4. Masa tua; dari umur limapuluh tahun hingga umur tujuhpuluh tahun
5. Masa usia lanjut; dari umur tujuhpuluh tahun hingga akhir umur yang ditentukan oleh Allah SWT.

1. Masa Kanak-Kanak
Pada tahapan masa kanak-kanak berlaku masa keringanan dari Allah SWT yaitu belum adanya taklif (beban kewajiban) atas anak-anak untuk mengerjakan sholat dan puasa ataupun kewajiban syara' (agama) lainnya. Hanya saja para orang tua diwajibkan menyuruh mereka mengerjakannya karena kebaikan dan amal saleh dari anak yang belum baligh selain menjadi amal kebaikannya juga akan menjadi catatan pahala bagi ibu-bapaknya selama kedua orang-tuanya memperhatikan pendidikan dan pemeliharaannya. Jika anak telah mencapai masa baligh dan telah sempurna akalnya yaitu kira-kira umur limabelas tahun maka ia telah menjadi mukallaf. Saat itulah segala kewajiban agama telah berlaku atas dirinya. Kedua malaikat pengawas diperintahkan oleh Allah untuk mencatat segala aktifitas baik lahir maupun bathin-nya.

Sebagaimana firman Allah: "Dan sesungguhnya bagi kamu ada beberapa penjaga. Penulis-penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan." (QS: 82; 10-12)

"Ketika dua malaikat pencatat membuat catatan, satu duduk di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri. Tiada yang diucapkan, satu perkataanpun, melainkan ada di dekatnya (malaikat) pengawas yang selalu hadir." (QS. 50; 17-18)

Malaikat ini akan mendampingi dan hadir pada hari kiamat di hadapan pengadilan Allah SWT dan keduanya menjadi saksi baginya. "Dan datanglah setiap orang bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) penyaksi." (QS. 50; 21)

2. Masa Muda
Pada tahapan masa muda terjadi banyak perubahan baik secara fisik maupunnon-fisik (pubertas). Pada masa ini akan dipenuhi dengan semangat dan kekuatan serta memuncaknya vitalitas. Masa muda ini merupakan kesempatan untuk memperbanyak amalan-amalan serta kebaikan-kebaikan. Namun kecenderungan yang terjadi adalah sebagian besar memanfaatkannya untuk pemuasan nafsu kedunia-an. Dalam hal ini Rasullullah saw telah mengingatkan: "Rebutlah lima perkara sebelum terjadi lima perkara: Masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa lapangmu sebelum tiba masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu." (HR. Al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi'ddunia, Ibnul-Mubarrak) "Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan
2. Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan
3. Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan
4. Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi)

3. Masa Dewasa
Sedangkan apabila seseorang telah mencapai masa dewasa, Allah SWT memberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga kelihatan padanya berbagai ketaatan dan menujukan hatinya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: " Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan. " (QS. 28;14)

" ... sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empatpuluh tahun, berkatalah ia: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai ..." (QS. 46;15)

as-Syaikh al-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad as-Sya'rani dalam kitabnya al-Bahrul-Maurud menyebutkan: "Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empatpuluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya."

Imam Syafi'i (rahimahullah), setelah mecapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: "Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."

Berkata Wahab bin Munabbih: " Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: ' Wahai orang-orang yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh, alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas, saatmu telah tiba! Waspadalah! "

4. Masa Tua
Setelah mencapai tahapan umur dewasa maka manusia akan beralih kepada umur tua. Dalam tahapan ini akan nampak tanda-tanda kelemahan seseorang. Tahapan umur ini oleh Rasullullah saw. dinamakan 'pergulatan dengan maut', yaitu masa-masa umur enampuluhan hingga tujuhpuluhan. Dalam hal ini beliau bersabda: "Masa penuaian umur umatku dari enampuluh hingga tujuhpuluh tahun". (HR. Muslim & Nasa-i)

Rasullullah saw., sahabat Abubakar, Umar dan Ali ra. juga diwafatkan oleh Allah SWT pada kisaran usia ini. Umat sekarang ini tergolong umat yang berumur pendek dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Diriwayatkan bahwa ketika sebagian dari bani Adam meninggal dunia pada umur kurang lebih duaratus tahun, maka banyaklah mahluk yang merasa simpati terhadapnya, karena telah meninggal dalam usia yang muda. Diriwayatkan lagi bahwa Rasullullah saw. ketika merasakan umur umatnya terlalu pendek bila dibandingkan dengan umat sebelumnya, beliaupun memohon dan bertadharru' kepada Allah SWT, mengadukan bahwa tidak cukup waktu bagi umatnya untuk memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT dan menambah amalan untuk akhiratnya. Maka Allah SWT menganugerahkan kepadanya kepada umat Muhammad malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan, untuk memanjangkan nilai umur mereka dan menambah pula pahala dan kebajikan mereka sedemikian rupa. Maka bila beribadah dan munajat kepada Allah SWT pada malam Lailatul Qadar itu, ia seperti beribadah selama seribu bulan yang setara dengan 83 tahun 4 bulan. Demikianlah perhatian Rasullullah saw. yang sangat besar dalam memperjuangkan nasib umatnya.

Telah diriwayatkan bahwa orang pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim a.s. Ketika beliau melihat rambut putih itu beliau bertanya: "Wahai Tuhanku, apa ini?". Allah menjawab: " Ini (tanda) kewibawaan." Berkata Ibrahim: "Tuhanku, tambahkanlah itu bagiku!" Berkata Al-Khatib Ibnu Nutabah: "Sesungguhnya uban itu laksana perbatasan hidup yang tak dapat disekat, kerusakannya tidak dapat diperbaiki oleh zaman. Ia adalah cahaya yang muncul bersama dengan surutnya nafas seseorang, yang akan memimpin seseorang ke tempat onggokan tulang-belulang. Oleh karena itu semoga Allah merahmatimu, jangan membakar cahaya ubanmu dengan api-api dosamu!"

Bersabda nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadist Qudsi: "Telah berfirman Allah SWT:'Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, dan kebutuhan sekalian mahluk-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik lelaki maupun wanita yang telah beruban karena mencapai umur tua di dalam Islam'. Kemudian Rasullullah saw. menangis . Lalu ditanyakan kepadanya:"Apa sebab engkau menangis, ya Rasullullah ?" Jawab beliau: "Aku menangisi orang tua yang Allah malu kepadanya, sedang dia tidak malu kepada Allah SWT."

Sekali peristiwa, Ma'an bin Zaidah datang menghadap Khalifah al-Ma'mun, lalu Khalifah bertanya: "Bagaimana keadaanmu setelah menjadi tua seperti ini?" Jawabnya: "Aku mudah tersungkur hanya karena tersandung sebuah kerikil, dan dapat diikat hanya dengan sehelai rambut." Tanya Khalifah :"Bagaimana halnya dengan makan minum dan tidurmu?" Jawabnya:"Bila aku lapar, aku menjadi marah, bila aku makan aku bosan, bila dalam majlis aku mengantuk, bila di atas tempat tidur mataku terbuka!". Tanya Khalifah selanjutnya:"Bagaimana halmu dengan wanita ?" Jawabnya: 'Yang tua dan buruk aku tidak ingin kepadanya, yang cantik molek tidak suka kepadaku!" Kata Khalifah selanjutnya:" Orang sebijak engkau ini tidak patut menjadi tua" (dari kitab Rabi'ul-Abraar)

Berkata Imam Ghazali dalam uraiannya untuk mengingatkan pada orang-orang yang sudah tua: "Jika anda katakan bahwa mati itu tidak akan terjadi kecuali disebabkan karena sakit dan jarang sekali ia datang dengan tiba-tiba, ketahuilah benar-benar bahwasannya mati itu adakalanya terjadi dengan tiba-tiba. Dan apabila anda sakit, maka anda tidak akan mampu lagi mengerjakan amal-amal saleh sedangkan itu bekal untuk akhirat kelak".

Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dilalaikan oleh harta dan anak-anakmu dari mengingat Allah. maka barang siapa melakukan yang demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah rezeki yang kami berikan kepadamu sebelum maut datang menjumpai seseorang dari kamu; Lalu berkata:'Tuhanku Kalau dapat Engkau tangguhkan matiku sebentar saja, niscaya aku akan memberi sedekah dan aku akan menjadi orang-orang yang mengerjakan kebaikan.' Allah tidak akan memberi tangguh kepada seseorang apabila telah sampai ajalnya, dan Allah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan." (QS 63:9-11)

Rasullullah saw. pernah ditanya: "Adakah orang lain yang akan dibangkitkan bersama para syuhada?" Jawab beliau: "Ya, mereka itulah yang mengingat mati sebanyak duapuluh kali dalam sehari semalam." Di lain peristiwa beliau menjawab: "Merekalah yang banyak mengingat mati dan selalu bersiap-siap menyambutnya. Merekalah orang-orang bijak, yang meninggalkan dunia dengan penuh kehormatan dan tiba di akhirat dengan penuh kemuliaaan."" (HR Ibnu Majah dan Ibnu Abi'ddunia)

Dalam sebuah hadist dijelaskan: "Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai seorang asing atau musafir lalu, dan anggaplah dirimu sebagai seorang diantara penghuni kubur". (HR Bukhari)

Rasullullah saw bersabda: "Apalah arti dunia bagiku. Hubunganku dengan dunia ini laksana seorang pengendara yang sedang berjalan di panas terik, tiba-tiba kelihatan olehnya sebatang pohon, lalu iapun berteduh sejenak dibawahnya, sesaat kemudian ia pergi lagi dan meninggalkannya." (HR Tirmidzi)

Sehubungan dengan uraian Al-Ghazali mengenai kematian seseorang yang disebabkan oleh sakit, Rasullullah saw mengajurkan supaya orang yang sedang sakit banyak beristighfar mengingat Allah sebab ia tidak tahu barangkali ia akan mati karena sakit tersebut. Sekali waktu Rasullullah saw menjenguk seorang yang sedang sakit dan beliau bertanya kepadanya: "Bagaimana perasaanmu?" Jawabnya:"Aku meletakkan sepenuh harapan kepada Tuhanku dan aku selalu cemas tentang dosa-dosaku". Maka berkatalah beliau:"Selama kedua sifat ini terkumpul dalam hati seorang muslim, sedang ia dalam keadaan kritis, maka Allah akan mengabulkan semua yang diharapkan dan meyelamatkan dari semua yang ditakutinya." (HR Tirmidzi)

Dalam hadist lain disebutkan: "Seseorang hamba muslim, ketika menghadapi maut akan digembirakan dengan rahmat Allah dan karunia-Nya, sehingga ia ingin sekali bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun ingin bertemu dengannya. Sebaliknya seorang munafik ketika menghadapi maut akan dipertakuti dengan azab Allah SWT., maka ia tak ingin bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun tak ingin bertemu dengannya. Maka kaum mukminin yang penuh dengan takwa akan digembirakan oleh rahmat Allah SWT ketika hendak keluar dari dunia ini sehingga ruh-ruh mereka hampir-hampir akan terbang dari jasad mereka karena sangat rindu akan Tuhannya dan ingin sekali untuk segera menemui-Nya disaat para malaikat memberi salam kepada mereka menggembirakan mereka dengan surga dan jaminan bahwa mereka tidak akan ketakutan dan tidak akan pula bersedih hati sebagaimana dalam firman Allah: "Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka dikatakan): 'Selamatlah kamu! Masuklah ke dalam surga disebabkan amal baik yang telah kamu kerjakan'" (QS 16:32) (HR Bukhari & Muslim)

Beberapa do'a yang dianjurkan oleh Rasullullah saw dibaca pada saat sakit diantaranya adalah: "Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dholimiin" 'Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini tergolong orang-orang yang aniaya'. Dalam satu riwayat disebutkan bila membaca do'a ini sebanyak 40 kali lalu ia meninggal karena penyakitnya itu maka ia sama dengan mati syahid.

Dari Anas ra. berkata bahwa Rasullullah saw. bersabda mengenai perjalanan manusia dari bayi hingga mencapai umur baligh: "Segala kebajikan yang dikerjakannya akan dicatat pahalanya untuk kedua orang tuanya. Jika ia melakukan kesalahan tidaklah dicatat baginya suatu dosa dan tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah baligh dan qalam mulai mencatat perbuatannya, maka Allah SWT akan memerintahkan kedua malaikat yang bersamanya untuk memelihara serta membenarkan langkahnya. Apabila ia mencapai umur 40 tahun sebagai seorang muslim, maka Allah akan memeliharanya dari tiga penyakit yaitu gila, lepra, dan sopak (belang). Apabila ia mencapai umur 50 tahun, Allah akan meringankan hisabnya. Apabila ia mencapai usia 60 tahun, Allah memudahkan baginya untuk kembali kepada-Nya dalam hal-hal yang disukai-Nya. Apabila ia mencapai umur 70 tahun, niscaya ia akan dicintai seluruh penghuni langit. Apabila ia mencapai usia 80 tahun Allah akan mencatatkan segala kebajikan baginya dan mengampuni segala kejahatannya. Apabila ia mencapai umur 90 tahun Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu dan dosanya yang akan datang dan mengizinkannya memberi syafaat pada semua ahli rumahnya dan ia selalu dibawah pengawasan Allah SWT. Apabila ia mencapai usia yang tua renta (pikun), sehingga tidak mengetahui lagi apa yang dahulu pernah ia ketahui, maka Allah SWT akan mencatatkan segala kebajikan yang pernah dilakukan pada masa sehatnya dulu dan bila ia berbuat suatu dosa maka tidaklah akan dicatatkan lagi baginya sesuatupun."

Sekali peristiwa seorang jenazah lewat di hadapan Rasullullah beliau berkata: "Bebas atau membebaskan!" beliau ditanya:"Wahai Rasulullah Apa maksud bebas atau membebaskan?" Beliau menjawab:"Seorang mukmin yang meninggal dunia akan bebas dari gangguan dunia dan penderitaannya, menuju kepada rahmat Allah. Sedangkan kematian seorang fajir (durhaka) akan membebaskan seluruh hamba Allah, negara, pepohonan dan binatang dari gangguannya." (HR Bukhari dan Muslim)

Berkata Rasulullah saw. kepada Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin sedang kubur adalah tempat aman baginya dan surga adalah tempat tujuannya." Wahai Abu Dzar sesungguhnya dunia ini adalah surga bagi orang kafir, sedang kubur adalah tempat siksaannya dan neraka adalah tempat tujuannya."

Berkata Ibnu Abbas ra.: "Sekiranya anda lihat seseorang sedang menghadapi maut maka gembirakanlah agar ia menemui Tuhannya dengan mnyimpan sangkaan baik terhadap-Nya. Tetapi selama hidup pertakutilah ia dengan hukuman Allah."

Imam Ali ra. berkata: "Apabila seorang mukmin meninggal dunia, tempat shalatnya di bumi akan menangisinya dan tempat naik amalannya ke langit pun akan menangisinya pula"

Bersabda Rasulullah saw: "Siapa saja yang matinya di penghujung Ramadhan maka ia masuk surga. Siapa saja yang matinya di penghujung hari Arafah, maka ia masuk surga. Dan siapa yang matinya tepat saat ia selesai bersedekah, maka ia masuk surga." "Barang siapa meninggal dunia pada malam Jum'at atau hari Jum'at, maka ia akan terlindung dari siksa kubur, dan di hari kiamat ia akan datang dengan tanda-tanda para syuhada padanya."

3. UMUR KETIGA

Tahapan umur ketiga dimulai yaitu saat manusia meninggalkan dunia ini, hingga ia dibangkitkan dari kubur dengan tiupan sangkakala. Ini dinamakan alam Barzakh. Berfirman Allah SWT: "... Dan di belakang mereka ada Barzakh sampai hari mereka dibangkitkan." (QS 23:100)

Jasad atau tubuh akan ikut merasakan kenikmatan dan kesengsaraan ketika masih hidup, dan hancur luluh saat mati namun ruh akan tetap kekal, sedangkan yang menjadi saksi keberadaan kita hanyalah ajbudz-dzanab (tulang-ekor) dan dari inilah tubuh manusia akan dihimpun kembali dan menuju tempat kebangkitan.

Lain halnya dengan jasad para Nabi, mereka dikecualikan dari semua ini dan mereka tetap hidup dalam kubur. Demikian pula para syuhada yang gugur dalam jihad.

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki." (QS 3:169)

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa bahwa ruh para syuhada tersebut bersemayam dalam perut burung-burung yang berwarna hijau, berterbangan di dalam surga dan tinggal di dalam lampu-lampu yang tergantung di 'Arsy. (HR Tirmidzi)

Sedangkan bagi keluarga dan sahabat yang ditinggal mati saudaranya maka mereka berkewajiban: Mengantarkan jenazah sampai ke kuburnya. "Orang yang mengantar jenazah seorang Muslim hingga dishalatkan, maka baginya satu qiraat pahala. Jika ia menunggu sampai jenazah itu dikuburkan, ia mendapat dua qiraat. Dan setiap satu qiraat nilainya sebesar gunung Uhud." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi) "Barangsiapa mengantarkan jenazah saudaranya yang Muslim, maka Allah akan memerintahkan para malaikat untuk mengantarkan jenazahnya dan menyembahyangkannya kelak apabila ia mati." HR Bukhari dan Nasa-i) Mempercepat pengurusan jenazah "Apabila pengurusan jenazah telah selesai dan bila ia sedang dipikul orang banyak (ke kubur), maka bilamana ia adalah jenazah orang yang saleh, ia akan berkata: 'Segerakanlah aku, segerakanlah aku ke kubur. Tetapi bilamana ia bukan seorang yang saleh, ia akan berkata:'Celaka aku! ke mana kalian akan membawaku pergi ?' (HR Bukhari dan Nasa-i)

Bersabda Rasulullah saw: "Percepatlah (mengurus) jenazah. Jika ia termasuk manusia saleh maka sebaiknya kamu menyegerakannya ke kubur agar ia segera menjumpai kebaikan yang tersedia baginya. Jika ia bukan manusia saleh maka ia adalah suatu bencana yang sebaiknya kamu hindarkan dari atas pundakmu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)

Seorang jenazah mengenali dan merasakan siapa yang memandikan, mengafani dan menurunkannya ke liang lahat. Diriwayatkan bahwa ruh orang mati itu berada dalam genggaman malaikat yang mengiringi jenazah itu dan mendengar segala yang dikatakan orang tentang si jenazah tersebut. (HR. Ahmad)

Apabila lubang kubur telah rata dengan tanah hendaklah jenazah tersebut didoakan karena ia sedang berhadapan dengan malaikat Munkar dan Nakir yang akan menanyakan kepadanya tentang Siapa Tuhannya? Apa agamanya? dan Siapa Nabinya? Orang yang diberi keteguhan dan rahmat oleh Allah akan mudah menjawab pertanyaan tersebut namun orang yang sering lalai dalam mengingat Allah akan menerima siksa kubur dengan berbagai adab. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

Bersabda Rasulullah saw.: "Tiada pemandangan yang pernah kulihat lebih menyeramkan daripada kubur." Usman bin Affan ra., setiap kali berada di kuburan selalu mengucurkan airmata hingga membasahi janggutnya. Ketika beliau ditanya orang:"Bila mengingat surga dan neraka, anda tidak pernah menangis seperti ini, apa sebabnya?" maka beliau berkata:"Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda: "Kubur itu adalah tempat pemberhentian pertama dari tempat-tempat di akhirat. Siapa selamat di situ maka setelah itu semuanya akan menjadi lebih mudah dan ringan baginya. Tetapi siapa gagal, maka tempat-tempat setelah itu akan dirasa lebih berat."

"Sesungguhnya di dalam kubur itu akan dijumpai himpitan. Jika ada orang yang bisa selamat daripadanya,maka selamatlah Sa'ad bin Mu'adz daripadanya." (Sa'ad bin Mu'adz adalah seorang sahabat besar yang menurut sebuah riwayat yang menyebabkan terguncangnya 'Arsy ketika beliau meninggal)

oleh: Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad

Friday, 24 September 2010

PERANAN dan TANGGUNGJAWAB PEREMPUAN DALAM ISLAM

SESUNGGUHNYA wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi madrasah pertama dalam membangun masyarakat yang shalih, tatkala dia berjalan di atas petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Karena berpegang dengan keduanya akan menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal.

Kesesatan dan penyimpangan umat tidaklah terjadi melainkan karena jauhnya mereka dari petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya. Rasulullah bersabda;

“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” (HR. Imam Malik)

Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an betapa pentingnya peran wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara wanita, mapun sebagai anak. Demikian pula yang berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga telah dijelaskan dalam sunnah Rasul.

Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, serta santun dalam bersikap kepadanya. Adapun peranan seorang wanita menurut perspektif islam diantaranya;

Peranan utama wanita

Allh SWT berfirman: yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu.” (QS. Adz-Dzaariyat: 56).

Ayat di atas jelas menunjukkan bahawa peranan atau tanggungjawab utama wanita adalah sama dengan pria yaitu mengabdikan diri kepada Allah.

Adalah menjadi kewajiban wanita Muslim untuk berusaha sebaik mungkin agar dapat menjadi seorang insan yang tunduk dan patuh kepada-Nya, semata-mata dengan melaksanakan segala perintah Allah dan rasul-Nya. Mereka juga hendaklah menjauhi segala perkara yang dilarang-Nya.

Kekuatan iman yang kuat menjadi modal utama bagi seorang wanita agar dapat menjalankan peranannya sebagai seorang hamba Allah, istri bagi suami dan Ibu bagi anak-anaknya.

Wanita dan keluarga/rumah tangga

Peranan wanita dalam keluarga atau rumah tangga adalah amanah yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya berikut;َ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS an-Nisaa: 58)

Dalam sesebuah rumah tangga, peranan utama seseorang wanita yaitu sebagai isteri dan ibu.

Sebagai seorang istri berkewajiban untuk sentiasa melayani dan mendampingi suaminya dalam keadaan susah atau senang. Dalam hal ini Islam dengan sangat jelas telah memberikan gambaran yang nyata dan lengkap mengenai hak dan kewajiban seorang istri tehadap suami begitu juga sebaliknya.Semisal dalam Al Quran disebutkan mengenai kedudukan istri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami) sebagaimana yang disebutkan dalam surah Ar Ruum ayat 21, berikut;

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ibnu Katsir menjelaskan: “mawaddah wa rahmah” bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah adalah rasa kasih sayang. Hendaknya seorang pria dan wanita menikah, disamping menjalankan perintah-Nya, juga dilandasi rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya. Agar tujuan dari pernikahan dapat berjalan dengan lebih baik.

Selanjutnya Allah menganugrahkan tugas yang begitu suci di alam raya ini kepada wanita, yaitu menjadi seorang ibu. Ia memiliki prioritas untuk menata rumahnya, mendukung keberadaan suaminya, dan membimbing serta mendidik anak-anaknya. Meski begitu, ia pun dibolehkan mengaktualisasikan dirinya dengan bekerja di luar rumah, asal tugas pokoknya tak mengabaikan kewajibannya di rumah.

Tugas menjadi seorang istri sekaligus ibu inilah yang menjadikan seorang wanita itu menempati kedudukan mulia dimata Allah SWT, karena disamping mempunyai tanggungjawab sebagai seorang istri dengan berbagai kewajibanya juga memikul tanggungjawab yang cukup sentral dalam mendidik anak-anaknya. Bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi seorang anak ada benarnya. Disinilah Allah memberikan anugerah sekaligus cobaan kepada para wanita untuk turut mengemban tanggung jawab dalam mencetak generasi penerus yang unggul, demi mewujudkan kemuliaan bagi masyarakat, bangsa dan agamanya.

Menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah SWT;يْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Begitu pula dalam firman-Nya; Yang artinya; “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS. Al-Ahqaf: 15)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang pria datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits di atas menunjukkan kutamaan penghormatan terhadap seorang ibu, bukan bermaksud mengesampingkan penghormatan terhadap seorang bapak.

Wanita dan pekerjaan

Islam membolehkan wanita bekerja diluar rumah berdasarkan kepada keperluan seperti ketika ketiadaan suami, ketidak berdayaan suami atau bekerja dalam kegiatan yang memerlukan seorang wanita seperti dokter, bidan dan seterusnya.

Walaupun membolehkan, tetapi dengan batasan-batasan yang harus di pahami diantaranya; pekerjaan tersebut disesuaikan dengan kemampuan seorang wanita, tidak meninggalkan peranan utamanya sebagai seorang istri bagi suami sekaligus ibu dari anak-anaknya, mendapatkan restu dari suami, menjaga harga diri dan keluarganya serta menghindari tindakan yang membawa fitnah. Dan seterusnya.

Wanita dan tanggungjawab sosial

Seorang wanita juga dibutuhkan sumbangsihnya dalam pembangunan masyarakat dan bangsanya, dikatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Sejarah membuktikan bahawa sejak zaman Rasulullah, wanita secara aktif memainkan peranan yang cukup penting. Misalnya, baik wanita dan pria berkewajiban untuk mempelajari Ilmu agama Islam. Hal tersebut telah dicontohkan oleh ‘Aisyah ra yang mempunyai pemahaman agama yang luas sehingga menjadi rujukkan para sahabat dalam menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi terutama para wanita.

Wanita juga mempunyai peranan yang sama dengan pria dalam upaya kontrol sosial guna membendung pengaruh buruk yang berlaku di masyarakat terutama generasi muda. Firman Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ…

Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah daripada yang mungkar dan beriman kepada Allah...” (QS Ali Imran: 110).

Melengkapi diri dengan wawasan yang luas

Mengingat berbagai peranan dan tanggungjawabnya yang cukup besar, oleh karenanya wanita harus berpendidikan dan berwawasan luas, baik wawasan keagamaanya maupun ilmu lainya, termasuk memahami hak serta kewajiban sebagai seorang wanita menurut perspektif Islam.

Penutup

Islam memandang manusia memiliki kedudukan yang sama. Demikian pula dengan kedudukan pria dan wanita. Islam bahkan dianggap sebagai agama revolusioner di dunia yang membebaskan wanita dari diskriminasi yang menempatkan mereka sebagai manusia kelas dua. Jadi Islam menempatkan pria dan wanita dalam keseteraan.

Melalui peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember ini, kita kembali diingatkan mengenai peranan penting dan kedudukan yang mulia seorang ibu. Disamping sebagai seorang istri bagi suaminya dengan segudang tanggungjawab yang menjadi kewajiban, seorang ibu juga sebagai pionir dalam mencetak generasi mendatang yang unggul dan berkualitas serta memiliki IMTAQ yang kokoh. Oleh karenanya Islam memberikan penghormatan yang tinggi dengan pernyataan sebuah hadis; bahwa,

“surga dibawah telapak kaki ibu”. (al hadis) Wallahu’alam

Thursday, 23 September 2010

MANUSIA : PERAN & TANGGUNG JAWAB

"Maka apakah kamu mengira,bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja),dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? "(QS. 23:115)

Manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat khas memiliki kesadaran akan diri sendiri, dan selalu mencari jati diri. Manusia akan selalu bertanya :
- Siapakah saya ?
- Dari mana saya berasal ?
- Untuk apa saya hidup?
- Bagaimana saya harus menjalani hidup?
- Adakah hidup ini hanya sekali? Adakah hidup yang kekal ?
- Bagaimana supaya hidup bahagia? Apa itu bahagia ?

Al-Quran sebagai cahaya (nur) dan petunjuk bagi manusia dari Allah SWT memberi jawaban yang pasti terhadap pertanyaan di atas.

Berikut keterangan ringkas dari Al-Quran :

1.Manusia adalah makhluk/ciptaan Allah (2: 21)
Manusia adalah bagian integral dari alam semesta/makhluk Allah yang lain.
Masing-masing memiliki ciri khas, sekaligus saling bergantung satu sama
lain.
Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
2.Manusia berasal dari tanah (3:59, 15:28. 33) dan mendapat tiupan roh (dari)
Allah (15:39)
Sebagai ciptaan Allah manusia berasal dari dua unsur, yaitu unsur tanah
--bagian dari alam yang rendah--, dan ruh Allah, yang suci dan tinggi.
Dan (ingatlah), ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS. 15:28)
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadianya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk kamu kepadanya dengan bersujud .
(QS. 15:29)
3.Struktur manusia
Sehubungan dengan asal manusia, maka manusia terdiri dari 2 unsur :
- Jasmani, yang berasal dari tanah. Merupakan bagian alam yang nyata
- Ruhani, yang berasal dari ruh Allah. Merupakan bagian dari alam ghaib
(17:85)
Jadi dalam diri manusia, terdapat dua alam sekaligus yaitu alam nyata
(jasmani) yang tunduk kepada hukum-hukum materi, seperti fisika, kimia, dan
alam ghaib (ruhani) yang memiliki kecenderungan sendiri. Keduanya berbeda
tetapi tidak bisa dipisahkan dan saling memperngaruhi.
Jika unsur tanah mendominasi manusia, maka manusia cenderung menjadi
makhluk biologis saja, sebagaimana hewan. Bahkan Allah menyebut bisa lebih
buruk dari hewan.
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu). (25 : 44)
Sebaliknya jika unsur ruhani yang mengendalikan, ia bisa menjadi makhluk
yang paling baik.(98:7)
4.Keistimewaan Manusia
Sebagai bagian dari alam, manusia memiliki keistimewaan/ciri khas dibanding
lainnya, antara lain :
- Merupakan makhluk yang mulia (17:70), bahkan malaikat disusuh bersujud
\kepada Adam (manusia) (2:34)
- Memiliki bentuk terbaik (94:4)
- memiliki akal/ilmu (2:31)
5.Tugas dan Peran Manusia
Manusia hidup untuk mengemban amanah yang berat yang hanya dibebankan
kepada manusia (33:172).
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. 33:72)

Amanat itu adalah tugas dan peran sebagai :
- Abdullah (Hamba Allah) :
yaitu tugas untuk menyembah/beribadah kepada Allah SWT (51:59), secara suka rela.
- Khalifatullah fil Ardh (wakil Allah di dunia) (2:30)
yaitu peran untuk memakmurkan, dan mengatur kehidupan dunia sesuai petunjuk Allah SWT
6.

Tujuan hidup
Tugas dan peran di atas dijalankan dalam rangka mencari ridha Allah. (QS. 2:207). Dengan demikian tujuan hidup manusia yang sesungguhnya adalah mardhatillah (keridhaan Allah)
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah;
dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)
7.

Bekal dan potensi manusia
Dalam menjalankan tugas dan perannya manusia memperoleh bekal, antara lain:
- fisik yang sempurna (94:4)
- indera (16:78)
- fuad/hati (16:36) Tentang Hati manusia update.gif (1811 bytes)
- ilmu dan akal (21:30)
- Agama ( 3:164, 4:165) (keterangan bawah)
Selain itu manusia memiliki potensi/sifat positif, antara lain :
- hanif (cenderung kepada kebenaran) (30:30)
Di luar manusia, juga mendapat dukungan berupa :
- ditundukannya alam bagi manusia, doktrin ini sering disebut taskhir, yang menjadikan manusia memahami dan menaklukkan alam
- doa dan bisikan malaikat, untuk teguh dalam kebenaran (41:30-31, HR Tirmidzi ttg. bisikan malaikat dan setan)
8.

Halangan dan Godaan Manusia
Selain bekal dan potensi yang mendukung manusia dalam hidup, juga terdapat halangan dan potensi negatif, yang bersifat menjauhkan atau melalaikan manusia, di antaranya :
- hawa (nafsu rendah) : adalah nafsu yang cenderung kepada kejelekan (12: 53)
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku (12: 53)
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilah(tuhan)nya (25:43)
- setan (2:36, 7:20-22)
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. 2:208)
- Ego negatif/sifat-sifat buruk diantaranya
o tergesa-gesa ( 17:11)
o suka membantah (18:59)
o suka melampaui batas (10:12)
o keluh kesah ( 70:20)
o kikir (70:19)
o suka ingkar ( 100:6)
o merasa cukup (96:7)
o susah payah (90:4) dan lemah ( 4:28)
(Cara-cara menghilangkan sifat-sifat di atas adalah dengan ibadah yang khusu': shalat, sedekah, dll. lihat bawah)
9.

Petunjuk Hidup Manusia : Islam
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT, adalah merupakan petunjuk hidup yang paripurna, dan terang benderang (4:174), yang berisi kebenaran dan keadilan(6:116), yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya (14:1). Agar bisa menjalani hidup dengan baik, manusia harus mengikuti petunjuk agama.
- agama membimbing manusia ke tujuan hidup yang benar
- agama melindungi manusia dari sifat-sifat buruk, tarikan hawa nafsu, godaan setan,
yang hendak menjauhkan manusia dari tujuan hidup yang sebenarnya
- agama membimbing potensi manusia (indera, hati, akal, fitrah) agar digunakan secara optimal, dan benar

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya,
niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga)
dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.
(QS. 4:175)
10.

Macam-macam Jalan Hidup Manusia
Dalam menjalani kehidupan ini, manusia diberi dua jalan (90:10), yaitu keimanan (ketaqwaan) dan kekufuran (91:8-10). Manusia diberi kebebasan untuk memilih, atas jalan yang terang dan jelas itu (2:256)

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan . (QS. 90:10),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:8-10)

Jalan Keimanan, adalah jalan mengikuti Allah, Rasul, dan orang orang yang mengikutinya. Mereka itulah orang yang diberi nikmat oleh Allah (4:69)
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin , orang-orang yang mati syahid
dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)

Jalan kekufuran, adalah jalan menjauhi Allah, mengikuti jalan-jalan setan dan orang-orang yang mengikutinya.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. 7:27)

Yang demikian adaah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil
dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang benar dari Rabb mereka.
Demikianlah Allah membuat untuk menusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. (QS. 47:3)

Tentang iman, kafir dan munafik (menyusul)
11.

Akhir Perjalanan Hidup Manusia
Setelah menjalani hidup di dunia, manusia seluruhnya (bahkan seluruh alam) akan kembali kepada Allah SWT. Allah adalah akhir perjalanan hidup manusia
dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan". (QS. 41:21)

Jika telah menjalankan hidup dengan benar, membawa bekal yang baik, akan menghadap dengan wajah berseri-seri. Jika sebaliknya akan menghadap dengan malu dan wajah yang hitam

pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.
Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):
"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS. 3:106)
Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga);
mereka kekal di dalamnya. (QS. 3:107)


Penutup
Jadi jawaban atas pertanyaan : dari mana, siapa, hendak kemana, dengan apa ? Jawabannya cuma satu : Allah SWT...
Kita berasal Allah, Sebagai ciptaan Allah, menjalankan amanah Allah, dan akan kembali kepada Allah, melalui (jalan yang ditunjukkan) Allah ..........

Muhasabah:

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

(QS. 57:16)

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
bagi orang (miskin) yang meminta dan
orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, )
dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabb nya.
Karena sesungguhnya azab Rabb mereka
tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).
Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela.
Barangsiapa mencari yang dibalik itu
, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.)
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (
Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.

(QS. 70:20-35)

Tuesday, 21 September 2010

KIAT_KIAT UNTUK MENAMBAH KEIMANAN KITA KEPADA ALLAH

Iman itu bisa bertambah dan berkurang. Secara umum, seluruh amal sholih dan ketaatan akan menambah iman dan seluruh kemaksiatan akan mengurangi iman. Dan pada edisi kali ini akan kita jabarkan kiat-kiat untuk menambah keimanan kita kepada pada Allah SWT.

1. Mengenal Allah SWT dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya;

Manusia setiap kali bertambah pengetahuannya terhadap nama-nama dan sifat-sifat-Nya maka akan bertambahlah imannya.

Di antara sifat-sifat orang yang benar-benar beriman adalah ketika disebut nama Allah I maka gemetarlah hatinya. Sebagaimana firman-Nya:

))إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ((

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada robb-lah mereka bertawakkal”. [Al Anfaal:2]

Sehingga bagaimana mungkin seseorang itu menjadi gemetar hatinya dan takut apabila disebut nama Allah I kalau dia tidak mengenalNya. Semakin dia mengenal Allah I maka semakin besar pula rasa takutnya pada Nya. Dengan demikian Maha Benar Allah dengan firman-Nya:

))إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ((

Artinya: “Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah ulama”. [Faathir:28]

Dan di antara sifat orang-orang yang beriman juga adalah mereka amat sangat mencintai Allah I sebagaimana firman-Nya:

))وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ((

Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya pada Allah”. [Al Baqoroh:165]

Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak cinta”, jadi bagaimana mungkin seseorang beriman pada Allah SWT dan mencintai-Nya jika dia tidak mengenal siapakah Allah SWT.

Untuk itulah kita harus mempelajari, dan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Yang terkandung di dalamnya kerububiyahan dan keuluhiaan-Nya.

Allah SWT berfirman:

))وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا((

Artinya: “Dan Allah mempunyai nama-nama yang bagus maka berdo’alah dengan nama-nama tersebut”. [Al A’roof:180]

Rasulullah r juga bersabda:

))لِلَّهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ اِسْمًا، مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا، لَا يَحْفَظُهَا أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ.((

Artinya: “Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, tidaklah seorangpun yang menghafalnya kecuali dia akan masuk surga. Dia adalah ganjil dan mencintai yang ganjil”. [Muttafaqqun ‘alaihi dari Abu Huroiroh t ][1]

Yang dimaksud menghafalnya bukan hanya menghafal satu persatunya saja tanpa faham ma’na yang terkandung di dalamnya dan dapat mengaplikasikan dalam bentuk amal yang merupakan konsekwensi dari ma’na kandungan nama-nama Allah tersebut[2].

Misalnya Allah mempunyai nama Ar Rohmaan dan Ar Rohiim, terkandung di dalam kedua nama ini adalah sifat rohmah yaitu kasih sayang yang berkaitan dengan yang diberi kasih sayang tersebut, yang kasih sayang tersebut menyeluruh untuk segala makhluq hidup. Maka alam semesta dan seluruh kejadiannya adalah bentuk dan wujud dari kasih sayang Allah swt . Namun kasih sayang Allah itu ada yang mutlak dan ada yang tidak yaitu hanya sebagian kecil. Yang mutlak, Allah berikan untuk para Nabi, para Rosul, dan para wali-Nya dari kalangan orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Sedangkan orang-orang yang kafir dan tidak taat pada-Nya hanya mendapatkan sebagiannya saja yaitu di dunia mereka dapat bertahan hidup, akan tetapi di akhirat mereka akan di adzab oleh Allah swt.

Namun sebaliknya, orang-orang yang beriman pada-Nya dan beramal sholih yang didasari iman tersebut akan mendapatkan kasih sayang-Nya baik di dunia berupa kehidupan yang baik dan bahagia, dan sampai di akhirat mereka akan mendapatkan keni’matan yang abadi yaitu di surga.

Allah SWT berfirman:

))مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ((

Artinya: “Barang siapa yang beramal sholih baik laki-laki atau perempuan dan dia adalah mu’min maka sungguh-sungguh kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan akan kami balas mereka dengan pahala mereka yang lebih baik dari apa yang mereka lakukan”. [An Nahl:97]

Jadi apabila kita memahami demikian maka setiap kali kita mendapatkan keni’matan maka kita selalu ingat akan kasih sayang Allah I , semakin besar rasa syukur kita pada Allah SWT , dan semakin menambah keimanan kita pada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

2. Memperhatikan ayat-ayat Allah SWT baik yang kauniyah (alam semesta) atau yang syar’iyah.

Allah SWT berfirman:

))أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ(17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ(18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ(19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ(20(((

Artinya: “Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan? Dan bumi, bagaimana dihamparkan?”. [Al Ghoosyiyah: 17-20]

Allah SWT juga berfirman:

))قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ((

Artinya: “Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah I) dan rosul-rosul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. [Yunus:101]

Setiap kali manusia bertambah ilmunya tentang apa yang Allah SWT ciptakan di alam semesta berupa keajaiban-keajaiban makhluq dan hikmah-hikmah yang dalam, maka bertambahlah keimanannya pada Allah SWT.

Hal ini telah banyak menyadarkan para ahli pengetahuan alam untuk memeluk Islam, karena kesesuaian antara ayat-ayat Allah SWT yang syar’iyah dengan ayat-ayat Allah SWT yang kauniyah berupa alam semesta dan penciptaannya. Yang tidaklah mungkin hal itu dapat terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan dan mengaturnya.

Demikian juga memperhatikan ayat-ayat Allah SWT yang syar’iyah, yaitu hukum-hukum yang dibawa oleh para Rosul, anda akan dapatkan di dalamnya hal-hal yang menakjubkan akal berupa hikmah-hikmah yang dalam dan rahasia-rahasia yang agung, yang dengan demikian dapat di ketahui bahwa syari’at ini turun dari sisi Allah SWT , dan bahwa syari’at itu dibangun di atas keadilan dan kasih sayang, maka dengan demikian bertambahlah imannya.

Salah satu contoh adalah hukuman rajam bagi para pezina, sepintas sepertinya begitu mengerikan dari sisi kemanusiaan. Akan tetapi hal ini akan terasa manfa’atnya juga dari isi kemanusiaan juga. Karena dengan ditegakkannya hukuman ini akan terjaga kehormatan manusia, dan membedakan manusia dari binatang. Kita melihat maraknya perzinahan baik yang legal maupun yang tidak dikarenakan tidak adanya hukum yang dapat membuat pelaku dan yang akan melakukannya berfikir akan akibat dari perbuatannya itu.

Dengan maraknya perzinahan maka Allah SWT menimpakan penyakit-penyakit baik fisik maupun moral. Dari fisik, menyebar virus HIV yang begitu mengerikan. Begitu juga moral, menjadikannya rendah dan tidak bermartabat. Sudahkan kita berfikir dan mengambil pelajaran?

Allah SWT berfirman:

))وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا((

Artinya: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rob mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. [Al-Furqon:73]

3. Banyak berbuat ketaatan dan membaguskannya, karena amal perbuatan masuk dalam keimanan, dan jika hal itu masuk di dalamnya, maka dengan banyaknya ketaatan akan menyebabkan bertambahnya keimanan.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

))مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ((

Artinya: “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim][3]

Oleh sebab itu semakin besar amal sholih yang dilakukan maka semakin besar pula keimanan yang ada pada dirinya. Dan semakin kecil amal sholih yang dilakukan maka semakin kecil pula keimanan yang ada pada dirinya. Sesuai dengan hadits Rosul SAW di atas.

4. Meninggalkan kemaksiatan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah swt ; karena yang demikian itu akan menambah keimanan manusia.

Alloh SWT berfirman:

))إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ((

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh gemetar hatinya”. [Al Anfal:2]

As Sudiy mengatakan: Seorang laki-laki berkeinginan melakukan kedzoliman, (atau dia mengatakan) berkeinginan melakukan maksiat, lalu dikatakan padanya, ‘Bertakwalah pada Allah’. Kemudian orang itu merasa takut di dalam hatinya[4].

Rasa takut ini adalah tanda keimanan, semakin jauh dari kemaksiatan semakin besar pula keimanannya dan semakin takut untuk terjatuh dalam kemaksiatan. Dengan meniggalkan kemaksiatan ini berarti dia mendekat pada Allah SWT. Dan sebaliknya semakin seseorang tenggelam dalam maksiat semakin jauhlah dia dari Allah SWT .

Di dalam hadits Qudsi Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang mendekatkan diri pada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat padanya satu hasta, barang siapa yang mendekatkan diri pada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa. Jika dia menghampiri-Ku dengan berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berjalan cepat”[5]. [HR. Muslim]

Wassalam

Monday, 20 September 2010

Refleksi Idul Fitri Bagi Umat Islam

IDUL Fitri adalah hari raya yang datang berulangkali setiap 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Umat Islam merasa bahagia dan senang tak terkira karena telah menyelesaikan ibadah puasa sebulan penuh.

Secara terminologi Idul Fitri mengandung dua arti. Ada yang mengartikan Idul Fitri, kembali kepada keadaan di mana umat Islam diperbolehkan lagi makan dan minum siang hari seperti biasa. Ada pula yang mengartikan Idul Fitri, kembali kepada kesucian atau kembali ke asal kejadian, yaitu fitrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia dalam kaca mata Islam, tidak dibebani dosa apapun.

Dari dua arti di atas penulis lebih condong kepada makna yang ke dua yaitu "kembali kepada kesucian". Pegangan ini bukan tanpa alasan. Mengingat, pada setiap hari raya Idul Fitri selalu terdengar dan terucap "min al-a'idiin wa al-fa'izin". Sebenarnya, apa maksud dari ucapan tersebut?

Survei membuktikan, dalam ucapan min al-a'idin wa al-fa'izin terdapat beberapa kalimat yang dibuang. Secara lughah kita tidak dapat mengerti tanpa ada tafsir sebelumnya. Tafsir tersebut adalah "Ila al-fitroti min al-a'idin wa anil hawa wa as-syayatin min al-fa'izin," artinya: kita kembali kepada fitroh (suci) dan kita telah menang dari hawa nafsu dan setan. Dalam artian, setelah satu bulan umat islam menyucikan diri jasmani-rohani (mengekang hawa nafsu) dengan harapan agar dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, maka pada hari Idul Fitri mereka telah suci lahir dan batin. Inilah maksud dari ucapan min al-a'idin wa al-fa'izin.

Tiga Sikap

Idul Fitri merupakan simbol kemenangan lahir dan batin umat muslim. Setelah satu bulan lamanya berpuasa, menahan lapar, dahaga dan mengekang hawa nafsu. Setidaknya ada tiga sikap ketika merayakan Idul Fitri.

Tiga sikap yang harus kita punyai, yaitu:

1. Rasa penuh harap kepada Allah SWT (Raja’). Berharap agar diampuni dosa-dosa yang telah lalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari "kerja keras" sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.

2. Melakukan evaluasi diri terhadap puasa yang telah dilaksanakan. Apakah puasa yang telah kita kerjakan sarat dengan makna, atau hanya sebatas puasa menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan lidah, hati, dan mata tidak bisa ditahan dari perbuatan ma'siat. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang artinya: "Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga".

3. Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, sebab predikat taqwa sepantasnya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: "Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam" (QS. Ali Imran: 102).

Ketiga sikap inilah yang harus tampak sebagai bentuk hasil dari penggemblengan bulan suci Ramadhan.

Momentum Silaturrahim

Silaturahim (menyambung kasih sayang) dengan meminta maaf/melebur dosa merupakan tindakan yang mulia dan dianjurkan oleh agama. Hikmah dari silaturrahim sendiri mempererat kembali tali persaudaraan sesama muslim dan memperkokoh semangat kekeluargaan.

Dengan motif silaturrahim akan tersambung kembali yang selama ini putus demi terjalinnya keharmonisan. Yang demikian inilah yang dinamakan hakikat silaturrahim. Nabi saw. Bersabda: "Tidak bersilaturrahim (namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan bersilaturrahim adalah) yang menyambung apa yang putus." (Hadis Riwayat Bukhari).

Idul Fitri atau kembali ke fitrah akan sempurna tatkala terhapusnya dosa kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya dosa kita kepada sesama manusia. Terhapusnya dosa kepada sesama manusia dengan jalan kita memohon maaf dan memaafkan orang lain.

Setelah.....Hari Idul Fitri Hari Kemenangan....

Melihat orang-orang bergembira merayakan hari idul fitri saya sebenarnya ikut gembira. Tetapi mendengarkan kotbah Ustad bahwa hari 1 Syawal adalah hari kemenangan terhadap hawa nafsu, hari manusia menjadi suci kembali.

Masih banyak sodara kita dalam berIbadah bersifat lipstik. Betapapun mereka mencoba untuk sungguh-sungguh beribadah tetap saja hasilnya seperti lipstik di bibir, sebentar saja akan hilang. Lipstik itu juga hanya sekedar hiasan tidak mencerminkan kecantikan sebenarnya dari pemakainya. Jadi berIbadah hanya hiasan-hiasan saja, Ibadah yang tak memberikan dampak mendalam dan hasil yang mengubah KeImanan dalam diri seseorang yang beragama Islam.

Seperti contohnya sholat. Orang sholat seperti sebuah mesin. 5 kali sehari membaca Al Quran itu-itu juga malah sering dan banyak yang tidak mengerti arti bacaannya. Yang bersungguh-sungguh sholat jungkat-jungkit mengkhayalkan menyembah allah. Mereka berkhayal Tuhan melihat mereka sholat dan memperhatikan mereka. Setelah bertahun-tahun jungkat-jungkit dan berkhayal seperti itu, dari kecil sampai jadi tua, tetap saja Tuhan tidak pernah dekat dengan mereka. Mereka hanya perduli pada khayalan mereka sendiri bahwa mereka merasa dekat dengan Tuhan. Tetapi apakah Tuhan dekat dengan mereka tidak mereka tanyakan pada diri mereka.

Kemudian Ibadah Puasa. Dari pagi jam 4 sampai sore jam 6 tidak makan minum katanya menahan hawa nafsu. Tetapi Ibadah ini juga lipstik sifatnya, sebab nafsu makan dan birahi yang ditahan itu adalah suatu dorongan biologis normal manusia. Menahan dari nafsu-nafsu ini tidak akan membuat manusia secara spiritual meningkat karena hanya menahan kecenderungan normalnya. Nafsu-nafsu itu dan nafsu-nafsu lain misalnya kesombongan biasanya kemudian cenderung meningkat setelah puasa karena merasa telah menjadi suci lagi. Hasil dari puasa bagi semua orang adalah kelaparan di siang hari dan berat badan yang turun. Menjadi suci hanya khayalan mereka sendiri. Mereka tetap saja manusia yang penuh nafsu, baik sebelum puasa, pada waktu puasa maupun sesudah puasa.
Apakah keimanan meningkat? Apakah kita menjadi lebih penyayang, welas asih dan bijaksana? Apakah kita bisa mengatasi nafsu-nafsu? setelah melewati Ramadhan..?

Bertanya lah pada diri kita masing-masing....

By...Yusuf

Wednesday, 8 September 2010

PUASA TETAPI TIDAK SHOLAT...akibatnya....KAFIR DAN MURTAD...Benarkah..?

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin -rahimahullah- pernah ditanya: “Apa hukum orang yang berpuasa namun meninggalkan solat?”

Beliau rahimahullah menjawab:

“Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan solat tidaklah diterima kerana orang yang meninggalkan solat adalah kafir dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala,

“Jika mereka bertaubat, mendirikan solat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (Qs. At Taubah [9]: 11)

Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan solat.” (HR. Muslim no. 82)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai solat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)

Pendapat yang mengatakan bahawa meninggalkan solat merupakan suatu kekafiran adalah pendapat majoriti sahabat Nabi bahkan dapat dikatakan pendapat tersebut adalah ijma’ (kesepakatan) para sahabat.

Abdullah bin Syaqiq -rahimahullah- (seorang tabi’in yang masyhur) mengatakan, “Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amalan yang apabila seseorang meninggalkannya akan menyebabkan dia kafir selain perkara solat.”

[Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari 'Abdullah bin Syaqiq Al 'Aqliy; seorang tabi'in. Hakim mengatakan bahawa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52, -pen]

Oleh karena itu, apabila seseorang berpuasa namun dia meninggalkan solat, puasa yang dia lakukan tidaklah sah (tidak diterima). Amalan puasa yang dia lakukan tidaklah bermanfaat pada hari kiamat nanti.

Oleh sebab itu, kami katakan, “Solatlah kemudian tunaikanlah puasa.” Adapun jika engkau puasa namun tidak solat, amalan puasamu akan tertolak kerana orang kafir (disebabkan meninggalkan solat) tidak diterima ibadah daripadanya.

BERAKHIRNYA RAMADHAN, SUKA atau DUKA Sodaraku ?????

Ramadhan akan meninggalkan kita dalam masa dua hari lagi. Bulan keberkatan, rahmat, keampunan sudah hampir menutup tirainya. Syaitan-syaitan hampir dilepaskan belenggunya, pintu neraka hampir dibuka. Namun kita sebagai manusia (termasuk diri ini), masih terleka dengan kegembiraan syawal lebih dari kelebihan ramadhan yang disebut.

Firman Allah dalam surah Al-Baqarah : 183

" Wahai orang-orang Yang beriman! kamu Diwajibkan berpuasa sebagaimana Diwajibkan atas orang-orang Yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa "

Dalam ayat diatas jelas menunjukkan hasil terhadap orang-orang yang berpuasa adalah sejauh mana taqwanya meningkat. Kita? Adakah taqwa kita meningkat? Sesungguhnya untunglah orang-orang yang berjaya mendapat hasil yang dijamin oleh ALLAH ayat diatas. Siapakah orang-orang tersebut?

Mereka ialah orang orang merasakan dirinya untuk menjadi lebih baik, gembira sewaktu kedatangan ramadhan dan sedih sewaktu kepergiannya. Mengapa mereka merasai begitu? Sudah tentulah karena ganjaran dan kebaikannya tidak ada di dalam bulan-bulan lain.

Antara kelebihan Ramadhan ialah :

Pahala kebaikan digandakan. MasyaALLAH. Bayangkan kalau diluar ramadhan setiap satu kebaikan akan diberi sepuluh ganjaran, apa lagi ramadhan? Sebagai contoh, dengan membaca al-Quran, ganjarannya mengikut berapa huruf yang dibaca. Jika satu surah al-Fatihah di baca pada luar bulan ramadhan, setiap huruf di beri ganjaran sepuluh kebaikan. Jika dibulan ramadhan, hanya dengan surah al-fatihah berganda-ganda ganjarannya. Apatah lagi yang menghabiskan satu Al-Quran. Begitu juga sedeqah dan sebagainya.

Allah membuka pintu keampunan seluas-luasnya. Sedangkan Rasulullah setiap hari bertaubat kepada ALLAH, apalagi lagi kita, manusia biasa, yang tidak diberi apa-apa jaminan syurga. Hanya orang-orang bijak sajalah yang mengambil peluang baik meminta keampunan di bulan ini. Setiap tangisan airmata yang keluar ikhlas kerana ALLAH itulah yang akan membantu menyelamatkan kita dari seksaan azab api neraka.

Malam lailatulqadar. Ganjaran yang ada pada malam ini sama seperti beribadat selama 1000 bulan atau bersamaan dengan 83 tahun. Mengikut salah satu pendapat ulama’ berdasarkan nas-nas, ia berlaku pada sepuluh malam ganjil sepuluh terakhir bulan ramadhan. Semua ciptaan ALLAH tunduk sujud dengan cara tersendiri pada malam itu, Inikan lagi manusia, yang diberi aqal, mereka perlulah lebih berusaha mencari malam ini.

Seperti firman Allah dalam (surah Al-Qadr : 1-5)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada malam Lailatul-Qadar, dan apa jalannya Engkau dapat mengetahui apa Dia kebesaran malam Lailatul-Qadar itu? malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. pada malam itu, turun malaikat dan Jibril Dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa Segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun Yang berikut); sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!

Doa dimakbulkan. Antara doa-doa akan ALLAH akan makbulkan dengan hebat ialah doa orang-orang yang berpuasa. Itupun jika puasa dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Berusaha untuk mencapainya, bukan setakat berdoa sahaja.

Dengan pemergian Ramadhan pada kali ini diharapkan memberi satu kekuatan dan latihan untuk terus istiqamah dalam melakukan amalan-amalan. Oleh itu wahai rakan sekalian, sambutlah aidilfitri dengan kegembiraan yang berpada-pada, janganlah sampai menjadikan syawal sebagai hari balas dendam atas segala apa yang kita tahan selama bulan ramadhan.

Dan begitulah selanjutnya, jadikanlah ramadhan sebagai latihan untuk kamu menjadi insan yang lebih berguna.

Terima kasih ALLAH kerana memberikan aku kesempatan untuk menghabiskan ramadhan pada tahun ini, dan sampaikanlah aku ke ramadhan seterusnya. Amin, Ya Rabbal- Alamin

Hadith Rasulullah SAW:

Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rejab dan Syaaban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”. -Riwayat Ahmad dan At Tabrani daripada Anas-

FADHILAT BERSEDEKAH (5 kebaikan Dunia dan 5 kebaikan Akhirat

BERSEDEKAH PADA SETIAP HARI DI DALAM BULAN RAMADHAN INI,TINGGI PAHALANYA KERANA KELEBIHAN SERTA KEMULIAAN RAMADHAN. BERSEDEKAH PADA BULAN RAMADHAN AKAN MENUTUP KESALAHAN PUASA,DIAMPUNKAN DOSA-DOSA YANG BANYAK DAN BERLIPAT GANDALAH PAHALANYA,DICURAHKAN RAHMAT OLEH ALLAH,DIJAUHKAN DARI AZAB NERAKA,DIDEKATKAN KE SYURGA DAN JAUHKAN DARI BALA...

FIRMAN ALLAH YANG BERMAKSUD : PERUMPAAN BAGI ORANG YANG MEMBELANJAKAN HARTANYA PADA JALAN ALLAH SEPERTIMANA SEBIJI BENIH YANG MENUMBUHKAN TUJUH TANGKAI,DAN PADA TIAP-TIAP TANGKAI ITU TERDAPAT SERATUS BIJI PULA.

RASULULLAH S.A.W. BERKATA:SEDEKAH ITU SESUATU YANG PALING BESAR..DIULANGI RASULULLAH SEBANYAK 3 KALI ( BEGITU SEKALI RASULULLAH MENEKANKAN KEBESARAN DAN KEMULIAAN BERSEDEKAH )

MAKSUD HADITS : SESUNGGUHNYA BERSEDEKAH ITU DAPAT MENUTUP 10 PINTU KEJAHATAN.

PARA ULAMA’ BERKATA : BERSEDEKAH ITU 10 KEPUJIAN IAITU 5 DI DUNIA DAN 5 DI AKHIRAT :-

5 KEPUJIAN DI DUNIA IALAH

1) DAPAT MENYUCIKAN HARTANYA
2) DAPAT MENYUCIKAN BADANNYA,
3) MENOLAK BALA DAN PENYAKIT
4) MENGEMBIRAKAN ORANG MISKIN DAN MENGEMBIRAKAN ORANG MUKMIN ADALAH SEBAIK-BAIK AMAL 5) BERKAT HARTANYA DAN ALLAH AKAN MELUASKAN REZEKINYA.

5 KEPUJIAN DI AKHIRAT IALAH :-

1) DINAUNGI ALLAH ORANG YANG BERSEDEKAH PADA HARI KIAMAT KETIKA SANGAT PANAS
2) RINGAN HISABNYA
3) BERAT TIMBANGAN AMALANNYA
4) MUDAH MELALUI TITIAN SIROTOLMUSTAQIM
5) BERTAMBAH DARJATNYA DI DALAM SYURGA.


DIANTARA WASIAT RASULULLAH S.A.W. KEPADA SYAIDINA ALI KARAMALLAHI WAJHAH :

WAHAI ALI...KETIKA SELESAI ALLAH MENJADIKAN SYURGA,MAKA SYURGA LANTAS BERTANYA: WAHAI TUHAN,UNTUK APAKAH ENGKAU JADIKAN AKU?JAWAB TUHAN: UNTUK ORANG YANG MURAH HATI DAN BAKTI...MAKA JAWAB SYURGA : YA,AKU REDHA. DAN KEMUDIAN BERKATALAH NERAKA: WAHAI TUHAN,UNTUK APAKAH PULA ENGKAU JADIKAN AKU? JAWAB TUHAN: UNTUK ORANG YANG KIKIR,KEDEKUT DAN SOMBONG...MAKA JAWAB NERAKA : YA,AKU REDHA UNTUK KEDUANYA.

WAHAI ALI...AKU LIHAT TERTULIS ATAS PINTU SYURGA : ENGKAU DIHARAMKAN TERHADAP ORANG YANG KIKIR,ORANG YANG MENDERHAKA KEPADA KEDUA IBUBAPANYA DAN ORANG YANG MENGADU DOMBAKAN ORANG.

WAHAI ALI... BARANGSIAPA YANG MEMBERI MAKAN KEPADA SEORANG MUSLIM DENGAN SENANG HATI,MAKA NESCAYA ALLAH TULISKAN BAGINYA SERIBU-RIBU KEBAJIKAN DAN DIHAPUSKAN SERIBU-RIBU KEJAHATAN DAN DIANGKAT BAGINYA SERIBU DARJAT...

WAHAI ALI...SESUNGGUHNYA ORANG YANG MURAH HATI ITU HAMPIR KEPADA ALLAH, HAMPIR KEPADA RAHMAT-NYA,JAUH DARIPADA SIKSAAN...DAN ADAPUN ORANG YANG KIKIR@KEDEKUT ITU JAUH DARIPADA ALLAH,JAUH DARIPADA RAHMAT-NYA DAN HAMPIR KEPADA SIKSAAN-NYA.

WAHAI ALI...TAKUTLAH KAMU DENGAN DOA ORANG YANG MURAH HATI,KERANA SESUNGGUHNYA ORANG YANG MURAH HATI ITU BILA MANA TERLANGGAR ATAU TERSUNGKUR,ALLAH AKAN MEMEGANG TANGANNYA...

BEGITULAH SERBA SEDIKIT TENTANG FADHILAT BERSEDEKAH...JUSTERU ITU MARILAH SAMA-SAMA KITA MENGAMBIL PELUANG INI SEMENTARA KITA MASIH DIBERIKAN PELUANG OLEH ALLAH...APATAH LAGI PADA BULAN YANG PENUH DENGAN KEBERKATAN DAN KEMULIAAN INI...DALAM ERTI KATA LAIN,BULAN RAMADHAN INI ADALAH BULAN UNTUK UMMAT NABI MUHAMMAD...DIMANA BULAN INI ALLAH AKAN MENERIMA DOA-DOA HAMBA-NYA,BULAN UNTUK HAMBA-NYA MENEMPAH SYURGA, BULAN YANG MUDAH DITERIMA KEAMPUNAN DAN TAUBAT HAMBA-NYA,BULAN UNTUK HAMBA-NYA PERBANYAKKAN AMAL IBADAH DAN BAKTI KEPADA ALLAH DAN BULAN YANG MUDAH UNTUK MENDAPATKAN KEREDHAAN ALLAH SUBHANAHU WATAALA...

BERUNTUNGLAH SESIAPA YANG MENGETAHUI DAN BERAMAL PADANYA,DAN SUNGGUH RUGI MEREKA YANG TAHU TAPI TIADA PULA MELAKUKANNYA...

JANGANLAH SAMPAI KITA MENGHADAP ALLAH NANTI DENGAN KEKOSONGAN TANGAN YANG MENGHAMPAKAN,KITA PULANG DENGAN KEMISKINAN AMAL YANG AMAT MENGECEWAKAN DAN DENGAN TANGISAN AIR MATA PENYESALAN YANG TIADA MEMBERIKAN APA-APA ERTI LAGI KEPADA KITA...

Sunday, 5 September 2010

Dosa-dosa Besar/Haram yang Harus Dijauhi

"Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” [Ar Ra’d:35]

Allah telah menjanjikan surga bagi orang yang takwa. Yaitu orang yang mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Oleh karena itu hendaklah kita mempelajari apa saja larangan atau hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT agar kita tahu dan tidak mengerjakannya.

Pertama-tama kita harus tahu bahwa dosa itu adalah hal-hal yang membuat kita gelisah/tidak tenang dan malu jika diketahui orang lain:

Dari Nawas bin Sam’an ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah segala sesuatu yang menggelisahkan perasaanmu dan yang engkau tidak suka bila dilihat orang lain.” (HR. Muslim)

Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra dia berkata: Aku datang kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan?” Aku berkata,” Ya.” Beliau bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus membenarkanmu.” (Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darimi)

Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai (Allah). (HR. Aththusi)

Syirik Dosa yang Terbesar dan Tidak Diampuni Allah SWT

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [An Nisaa’:116]

Contoh Syirik adalah menyembah adanya Tuhan lain selain Allah seperti Tuhan Yesus, Roh Kudus, Dewa Matahari, Brahma, Syiwa, Wisnu, dan sebagainya.

Yang sering dilakukan ummat Islam adalah syirik kecil seperti pergi ke Dukun atau Orang ”Pintar”, memakai jimat (cincin, kalung, dsb), mempercayai ramalan, dan sebagainya.

Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (lalu mempercayainya) maka shalatnya selama empat puluh malam tidak akan diterima. (HR. Muslim)

Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan percaya kepada ucapannya maka dia telah mengkufuri apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad Saw. (Abu Dawud)

Sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra, kalung-gelang penangkal sihir dan guna-guna adalah syirik. (HR. Ibnu Majah)

Barangsiapa membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah bersyirik kepada Allah. Para sahabat bertanya, “Apakah penebusannya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada ilah (tuhan / yang disembah) kecuali Engkau.” (HR. Ahmad)

Durhaka kepada Ibu dan Bapak (Orang Tua)

Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki ibu-bapaknya. Mereka bertanya, “Bagaimana (mungkin) seorang yang mencaci-maki ayah dan ibunya sendiri?” Nabi Saw menjawab, “Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu (membalas) mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu orang lain lalu orang lain itupun (membalas) mencaci-maki ibunya. (Mutafaq’alaih)

Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. (Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali). Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau berucap palsu. (Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali, sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya). (Mutafaq’alaih)

Tidak Mengerjakan Shalat

Tidak mengerjakan shalat adalah dosa besar. Demikian pula meninggalkan kewajiban lainnya dalam rukun Islam seperti puasa, zakat dan Haji (bagi yang mampu).

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”

Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak mengerjakan shalat” [Al Muddatstsir:42-43]

Membunuh Manusia yang Tidak Berdosa

Orang yang membunuh manusia secara zhalim (tidak dalam rangka beladiri) dihukum qishash (bunuh) [Al Israa’:33].

”Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” [An Nisaa’:93]

Bunuh Diri

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” [An Nisaa’:29]

Berzina, dan Murtad

Dari ‘Aisyah Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali salah satu dari tiga hal: Orang yang telah kawin yang berzina, ia dirajam; orang yang membunuh orang Islam dengan sengaja, ia dibunuh; dan orang yang keluar dari agama Islam lalu memerangi Allah dan Rasul-Nya, ia dibunuh atau disalib atau dibuang jauh dari negerinya.” [Abu Dawud dan Nasa'i]

Riba (Mengambil Bunga)

Sering ada rentenir atau Bank yang menggunakan bunga berlipat ganda hingga akhirnya orang yang tidak mampu membayar kehilangan rumah karena disita.

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [Al Baqarah:275]

Mengapa negeri kita sering dilanda bencana? Mungkin karena zina dan riba sudah merajalela di negeri ini.

Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri maka mereka (penghuninya) sudah menghalalkan atas mereka sendiri siksaan Allah. (HR. Ath-Thabrani dan Al Hakim)

Menyerupai Lawan Jenis, Berzina dengan Hewan, dan Homoseks

Sering di TV pemain pria berpakaian perempuan untuk memancing tawa, padahal itu dosa. Laki-laki tidak boleh berdandan dan berpakaian seperti wanita, demikian pula sebaliknya.

Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya, “Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau lalu menjawab, “Laki-laki yang menyerupai perempuan, perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Mengurangi Takaran atau Timbangan Ketika Berdagang

Sering pedagang sengaja mengurangi takaran atau timbangan ketika berdagang agar cepat untung. Padahal ini hanya membuat orang jadi kapok membeli di tempatnya lagi karena sudah ditipu. Selain itu ini adalah dosa dengan neraka Sijjiin sebagai balasannya.

Dari Ibnu Abbas dikemukakan bahwa ketika Rasulullah saw. sampai ke Madinah, diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk yang paling curang dalam takaran dan timbangan. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.83:1,2,3) sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam menimbang. Setelah ayat ini turun orang-orang Madinah termasuk orang yang jujur dalam menimbang dan menakar.

(An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” [Al Muthoffifiin:1-3]

Menyembunyikan cacat barang atau barang palsu sama dengan di atas.

Minum Khamar / Minuman Keras, Berjudi, dan Memberi Sajen

Banyak orang Islam yang minum bir dan minuman beralkohol padahal itu haram.

Tiap minuman yang memabukkan adalah haram (baik sedikit maupun banyak). (HR. Ahmad)

”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” [Al Maa’idah:90]

Mencuri

Korupsi, Mencuri, Copet atau merampok itu adalah mengambil hak orang lain dan haram hukumnya. Dalam Islam hukumnya potong tangan agar mereka jera. Kalau cuma penjara, maka kejahatan itu merajalela karena di penjara justru mereka dapat teman/network yang lebih luas.

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al Maa-idah:38]

Jangan Membakar Makhluk Allah

Pernah kita baca ada masyarakat yang membakar pencuri karena marah. Padahal Allah melarang kita menghukum dengan siksaan Allah.

Jangan menyiksa dengan siksaan Allah (artinya: menyiksa dengan api). (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Tidak Mau Berjihad

”…mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui.” [At Taubah:81]

Surat At Taubah ayat 44-50 dan 81-95 menyatakan bahwa orang yang tidak mau berjihad sebagai orang kafir dan munafik yang tidak boleh disholati jika meninggal.

”Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan jenazah seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri mendoakan di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” [At Taubah:84]

Saat ini ada kelompok yang mencerca para mujahidin dan melarang ummat Islam berjihad dengan berbagai alasan. Untuk itu, ayat-ayat Al Qur’an di atas bisa jadi pedoman bagi kita agar tidak tersesat.

Tidak Mau Menjalankan Hukum Allah

Saat ini banyak ummat Islam yang tidak mau menjalankan hukum Allah. Mereka lebih suka memakai hukum yang dibuat kaum Yahudi dan Nasrani dari Barat.

”…Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” [Al Maa’idah:47]

Mengkafirkan Sesama Muslim

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)

Berdusta

”Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al Mumtahanah:12]

Mendapat/Membaca Informasi dari orang Fasik/Kafir tanpa Memeriksa

Sering orang Islam mendapatkan informasi dari media massa orang yang fasik ata kafir tanpa tabayyuun/memeriksa berita sehingga akhirnya ummat Islam menganggap Islam itu keras, Muslim adalah teroris, MUI lembaga yang tidak kredibel, dan sebagainya.

”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [Al Hujuraat:6]

Oleh karena itu ummat Islam hendaknya mencerna hati-hati berita dari kelompok kafir/Yahudi/Liberal seperti dari CNN, Fox, BBC, dan sebagainya agar tidak termakan fitnah bahwa pejuang kemerdekaan Palestina adalah teroris sementara negara Israel yang banyak membantai ummat Islam justru baik.

Carilah berita dari Media Islam seperti TV Al Jazeera, Hidayatullah.com, Eramuslim.com, dan sebagainya.

Berperang/Tawuran terhadap Sesama Muslim

Ummat Islam itu bersaudara. Sayangnya ternyata banyak peperangan/tawuran terhadap sesama Muslim. Iraq menyerang Iran, kemudian Iraq juga menyerang Kuwait dan Arab Saudi yang dibalas Arab Saudi dengan mengundang tentara kafir AS ke negaranya.

Di Indonesia pun sering terjadi tawuran sesama Muslim yang tak jarang memakan korban jiwa. Baik antar warga seperti warga Matraman, Otista Raya, Manggarai, atau pun anak-anak SMP, SMA, atau Universitas. Aneh jika mereka takut berjihad ke Palestina melawan penjajah Yahudi tapi begitu berani ”berperang” sampai mati terhadap sesama Muslim lewat tawuran.

”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” [Al Hujuraat;9]

Meniru Orang Kafir

Karena pengaruh film Holywood atau Sinetron TV, banyak remaja Islam yang meniru tingkah laku orang-orang kafir dari pacaran di malam Minggu, mengumbar aurat, hingga berzina.

Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) tingkah-laku suatu kaum maka dia tergolong dari mereka. (HR. Abu Dawud)

Merendahkan dan Menghina Sesama Muslim

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat:11]

Buruk Sangka dan Menggunjing

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat:12]

Menghambur-hamburkan Uang atau Boros

Allah melarang ummat Islam hidup boros dengan menghabiskan uang untuk hal yang tidak bermanfaat atau berlebihan seperti membeli barang terlampau mewah dan banyak, merokok, membakar petasan, dan sebagainya. Orang yang boros adalah saudara setan, begitu firman Allah SWT.

”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]

Bermegah-megahan

Sering orang bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya sehingga lalai dari beribadah kepada Allah SWT.

Dari Ibnu Buraidah dikemukakan bahwa ayat 102:1-2 turun berkenaan dengan dua qabilah Anshar. Bani Haritsah dan Bani Harts yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya dengan saling bertanya: “Apakah kalian mempunyai pahlawan yang segagah dan secekatan si Anu?” Mereka menyombongkan diri pula dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka mengajak pula pergi ke kubur untuk menyombongkan kepahlawanan dari golongannya yang sudah gugur, dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini (S.102:1-2) turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah sehingga terlalaikan ibadahnya kepada Allah. (Ibnu Abi Hatim)

”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” [At Takatsuur:1-3]

Mengumbar Aurat

Nabi SAW bersabda: ”Ada dua golongan dari penghuni neraka yang aku tidak sampai melihat mereka yaitu suatu kaum yang menyandang pecut seperti ekor sapi (yang) dipakai untuk memukuli orang-orang dan wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka melenggang bergoyang. Rambutnya ibarat punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga atau mencium harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian sekian. (HR. Muslim)

Memutus Silaturrahim / Hubungan Kekeluargaan

Orang yang memutus hubungan kekeluargaan tidak akan masuk surga. (Mutafaq’alaih)

Mengangkat Orang Kafir sebagai Wali, Pemimpin atau Pelindung

Kadang ada orang Islam yang memilih orang kafir dalam Pemilu sebagai pemimpin atau sebagai guru/pelindung bagi anak-anaknya, padahal masih ada orang Islam yang bisa dipercaya. Dalam An Nisaa’ ayat144 Allah akan menyiksa orang yang berbuat itu:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” [An Nisaa’:144]

Kencing Tidak Dibasuh Air dan Tukang Adu Domba

Banyak pria yang kencing di jalan dan tidak membasuh kemaluannya dengan air (minimal 3x). Padahal itu akan mendapat siksa kubur. Begitu pula orang yang suka mengadu domba.

Ibnu Abbas berkata, “Nabi Muhammad saw. melewati salah satu dinding dari dinding-dinding Madinah atau Mekah, lalu beliau mendengar dua orang manusia yang sedang disiksa dalam kuburnya. Nabi Muhammad saw lalu bersabda,’ Sesungguhnya, mereka benar-benar sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar.’ Beliau kemudian bersabda, ‘Yang seorang tidak bersuci dalam kencing dan yang lain berjalan ke sana ke mari dengan menebar fitnah (mengadu domba / memprovokasi).’ Beliau kemudian meminta diambilkan pelepah korma yang basah, lalu dibelah menjadi dua, dan beliau letakkan pada masing-masing kuburan itu satu belahan. Lalu dikatakan, ‘Wahai Rasulullah, mengapakah engkau berbuat ini?’ Beliau bersabda, ‘Mudah-mudahan keduanya diringankan selama dua belah pelepah itu belum kering.’” [HR Bukhari]

Selain hal di atas dilarang pula berbagai penyakit hati seperti Sombong, Riya, Kikir, Dengki, dan sebagainya.

(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” [Al Mu’miin

”Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” [Al Anfaal:47]

”Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (royal) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” [Al Israa’:29]

” dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq:5]

Itulah daftar perbuatan dosa yang diharamkan Allah SWT semoga kita terhindar dari itu semua. Jika ada dosa tersebut yang kita perbuat, semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk menghentikannya serta bertobat kepada Allah SWT.

Dari Anas bin Malik ra dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi,

“..Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [An-Nuur:31)

“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Az-Zumar:53]

Media Islam – Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan Hadits

www.media-islam.or.id