Wednesday, 9 November 2011
PHOTOGRAPHY TIPS
Photography Tips
View more presentations from Bruce Sundeen
MACRO PHOTOGRAPHY
11.macro
View more presentations from Ardiansyah Akbar
DOF & DIAFRAGMA
4.dof&diafragma
View more presentations from Ardiansyah Akbar
DASAR PEMOTRETAN
2.dasar pemotretan
View more presentations from Ardiansyah Akbar
BASIC PHOTOGRAPHY
Basic photography
View more presentations from alwinafitria
TEHNIK PHOTGRAPHY
Teknik Fotografi
View more presentations from Nofa FFG
MODE AF
Mode AF berguna untuk mengoptimalkan efektivitas kecepatan fokus lensa.
1. One Shot
Cocok digunakan untuk pemotretan benda tidak bergerak
2. Al Servo
Cocok digunakan untuk pemotretan objek bergerak, sehingga motor fokus dapat bergerak lebih dinamis dan mengunci fokus pada objek bergerak.
3. Al Focus
Ini merupakan penggabungan mode One-shot dan Al Servo, dimana fokus lensa akan bekerja sebagaimana mode One-shot, namun akan otomatis menjadi Al Servo apabila objek yang tadinya diam tiba2 bergerak.
1. One Shot
Cocok digunakan untuk pemotretan benda tidak bergerak
2. Al Servo
Cocok digunakan untuk pemotretan objek bergerak, sehingga motor fokus dapat bergerak lebih dinamis dan mengunci fokus pada objek bergerak.
3. Al Focus
Ini merupakan penggabungan mode One-shot dan Al Servo, dimana fokus lensa akan bekerja sebagaimana mode One-shot, namun akan otomatis menjadi Al Servo apabila objek yang tadinya diam tiba2 bergerak.
LENSA CANON MOUNTING
Lensa Canon memiliki 2 jenis mounting ( dudukan lensa ), yaitu EF dan
EF-S sementara lensa EF terbagi lagi pada L series dan Non L series.
Lensa EF-S dapat digunakan pada kamera dengan crop factor, namun tidak
dapat digunakan pada kamera full frame ( seperti 5D atau 1Ds ), walau
demikian terdapat adapter untuk menggunakannya pada kamera full frame
yang berdampak pada vignette cukup parah. Bacaan pada lensa, seperti EF
24-85mm f/3.5-4.5 USM memiliki penjabaran sebagai berikut:
EF= jenis mounting lensa
24-85mm= Jarak panjang fokal lensa, berarti lensa ini memiliki kemampuan zoom 24mm ( wide ) sampai 85mm ( normal / semi tele ).
f/3.5-4.5= Lensa ini memiliki bukaan maksimum aperture 3.5 pada jarak fokal 24mm dan bukaan maksimum aperture 4.5 pada jarak 85mm.
USM= Ultra Sonic Motor drive ( penamaan jenis motor auto focus pada lensa canon )
untuk lensa EF 24-70mm f/2.8L USM, huruf L di belakang menandakan lensa L series, dimana lensa ini merupakan seri terbaik lensa canon dengan kualitas optik yang lebih prima, dan ketahanan lebih baik ( dust proof & splash proof, CMIIW ). f/2.8 menunjukan bahwa lensa ini memiliki bukaan maksimun aperture yang fix baik pada jarak fokal 24mm maupun 70mm. Panjang lensa yang berbeda secara fisik, sangat relatif, tergantung dari banyaknya elemen optik yang digunakan. Lensa yang panjang belum tentu menandakan lensa dengan jarak fokal yang jauh.
Angka aperture yang tertera pada lensa bukan berarti lensa tersebut hanya mampu memiliki bukaan aperture sesuai tulisan, misal EF 24-85mm f/3.5-4.5 USM, bukan berarti lensa tersebut hanya mampu memiliki aperture dari 3.5 sampai 4.5 saja, tatapi itu adalah bukaan maksimum. Disamping bukaan maksimum, lensa tersebut masih dapat mencapai bukaan minimum ( rata2 sampai 29 ). Jadi bukaan 5.6, 7.1, 8, 11, dst... masih dapat dilakukan oleh lensa tersebut.
EF= jenis mounting lensa
24-85mm= Jarak panjang fokal lensa, berarti lensa ini memiliki kemampuan zoom 24mm ( wide ) sampai 85mm ( normal / semi tele ).
f/3.5-4.5= Lensa ini memiliki bukaan maksimum aperture 3.5 pada jarak fokal 24mm dan bukaan maksimum aperture 4.5 pada jarak 85mm.
USM= Ultra Sonic Motor drive ( penamaan jenis motor auto focus pada lensa canon )
untuk lensa EF 24-70mm f/2.8L USM, huruf L di belakang menandakan lensa L series, dimana lensa ini merupakan seri terbaik lensa canon dengan kualitas optik yang lebih prima, dan ketahanan lebih baik ( dust proof & splash proof, CMIIW ). f/2.8 menunjukan bahwa lensa ini memiliki bukaan maksimun aperture yang fix baik pada jarak fokal 24mm maupun 70mm. Panjang lensa yang berbeda secara fisik, sangat relatif, tergantung dari banyaknya elemen optik yang digunakan. Lensa yang panjang belum tentu menandakan lensa dengan jarak fokal yang jauh.
Angka aperture yang tertera pada lensa bukan berarti lensa tersebut hanya mampu memiliki bukaan aperture sesuai tulisan, misal EF 24-85mm f/3.5-4.5 USM, bukan berarti lensa tersebut hanya mampu memiliki aperture dari 3.5 sampai 4.5 saja, tatapi itu adalah bukaan maksimum. Disamping bukaan maksimum, lensa tersebut masih dapat mencapai bukaan minimum ( rata2 sampai 29 ). Jadi bukaan 5.6, 7.1, 8, 11, dst... masih dapat dilakukan oleh lensa tersebut.
METERING
Metering merupakan metode pengukuran intensitas cahaya dari objek foto,
sehingga akan mempengaruhi titik berat pengaturan exposure dalam
pemotretan. Mode metering yang lazim ditemui adalah sebagai berikut:
1. Evaluative metering
Mode metering ini akan menyesuaikan titik berat pengukuran cahaya secara otomatis sesuai dengan suasana pemotretan sehingga mode ini sangat umum digunakan sebagai mode "all round" atau pada segala situasi
2. Partial metering
Mode metering ini baik digunakan untuk memperoleh pengukuran cahaya akurat apabila objek foto dikelilingi cahaya yang kuat, seperti ketika hendak mengambil foto objek dengan cahaya kuat di belakangnya. Metode ini bekerja dengan cara menitik beratkan pengukuran cahaya pada 9% bagian tengah dari frame pengambilan foto. Mode ini sangat peka terhadap cahaya, maka apabila menggunakan mode ini dan mengaktifkan self timer, pastikan view finder tertutup dengan eye piece cover ( yang biasanya terletak pada strap original kamera ) agar cahaya tidak masuk dari view finder, karena cahaya yang masuk dapat mengakibatkan kesalahan kalkulasi dan menghasilkan foto yang under exposure.
3. Center-weighted average metering
Mode metering ini baik digunakan pada saat akan megambil foto objek dengan cahaya kuat disekitar objek. Pada kamera dengan sensor auto focus ( AF ) 9 titik, apabila menggunakan mode ini maka titik AF yang bekerja hanya 7 titik yang terletak di tengah. Cara kerja dari mode metering ini adalah mengukur terlebih dahulu pencahayaan objek di tengah kemudian menyeimbangkan nya kembali dengan mengukur pencahayaan keseluruhan suasana.
1. Evaluative metering
Mode metering ini akan menyesuaikan titik berat pengukuran cahaya secara otomatis sesuai dengan suasana pemotretan sehingga mode ini sangat umum digunakan sebagai mode "all round" atau pada segala situasi
2. Partial metering
Mode metering ini baik digunakan untuk memperoleh pengukuran cahaya akurat apabila objek foto dikelilingi cahaya yang kuat, seperti ketika hendak mengambil foto objek dengan cahaya kuat di belakangnya. Metode ini bekerja dengan cara menitik beratkan pengukuran cahaya pada 9% bagian tengah dari frame pengambilan foto. Mode ini sangat peka terhadap cahaya, maka apabila menggunakan mode ini dan mengaktifkan self timer, pastikan view finder tertutup dengan eye piece cover ( yang biasanya terletak pada strap original kamera ) agar cahaya tidak masuk dari view finder, karena cahaya yang masuk dapat mengakibatkan kesalahan kalkulasi dan menghasilkan foto yang under exposure.
3. Center-weighted average metering
Mode metering ini baik digunakan pada saat akan megambil foto objek dengan cahaya kuat disekitar objek. Pada kamera dengan sensor auto focus ( AF ) 9 titik, apabila menggunakan mode ini maka titik AF yang bekerja hanya 7 titik yang terletak di tengah. Cara kerja dari mode metering ini adalah mengukur terlebih dahulu pencahayaan objek di tengah kemudian menyeimbangkan nya kembali dengan mengukur pencahayaan keseluruhan suasana.
Spoiler for foto tombol mode metering:
PANNING
Panning
Spoiler for Panning:
Mirip dengan metode foto movement, namun dalam foto panning gerakan
objek lebih ditampilkan melalui background yang bergerak. Prinsip dasar
foto panning sama dengan foto movement, hanya saja pada saat pemotretan,
kamera ikut bergerak mengimbangi gerakan objek, sehingga objek tetap
fokus namun background yang dihasilkan bergerak.
Contoh foto panning:
Cara foto panning:
Bidik sasaran bergerak ( pada umumnya mobil ), tekan tombol shutter 1/2 agar fokus mengunci objek, gerakan kamera mengikuti objek seketat mungkin agar objek tetap fokus, sekiranya dirasa gerakan kamera sudah mengimbangi gerakan objek, tekan tombol shutter penuh dengan kamera yang tetap bergerak mengikuti objek.
Pertanyaan yang sering dilontarkan:
Contoh foto panning:
Spoiler for foto1:
Cara foto panning:
Bidik sasaran bergerak ( pada umumnya mobil ), tekan tombol shutter 1/2 agar fokus mengunci objek, gerakan kamera mengikuti objek seketat mungkin agar objek tetap fokus, sekiranya dirasa gerakan kamera sudah mengimbangi gerakan objek, tekan tombol shutter penuh dengan kamera yang tetap bergerak mengikuti objek.
Pertanyaan yang sering dilontarkan:
1. Mengapa foto buram semua?
Jawab: Bisa jadi karena gerakan kamera tidak sesuai dengan gerakan objek. Cobalah percepat shutter speed dan coba untuk mengikuti gerakan objek seketat mungkin.
2. Mengapa foto fokus semua?
Jawab: Bisa jadi karena shutter speed terlalu cepat dan atau kamera kurang digerakan pada saat pemotretan.
Jawab: Bisa jadi karena gerakan kamera tidak sesuai dengan gerakan objek. Cobalah percepat shutter speed dan coba untuk mengikuti gerakan objek seketat mungkin.
2. Mengapa foto fokus semua?
Jawab: Bisa jadi karena shutter speed terlalu cepat dan atau kamera kurang digerakan pada saat pemotretan.
DASAR-DASAR PHOTOGRAPHY
Fotografi:
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Foto ( Cahaya ) dan Graphia ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar.
Kamera SLR:
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik ( viewfinder ) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa.
Seperti dibahas terdahulu, fotgrafi berkaitan erat dengan cahaya, maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed ( Kecepatan Rana ) dan Aperture ( Diafragma ).
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur.
Foto dengan shutter speed cepat
Foto dengan shutter speed lambat
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...
Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa ( f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0 ).
Gambar Aperture pada lensa
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.
Pada kamera Canon 350D terdapat 12 mode pemotretan:
A-DEP= Automatic Depth of Field
Pada mode ini, pengaturan fokus foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik pada foreground maupun background.
M= Full Manual
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.
Av= Aperture Value Priority
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
Tv= Time Value Priority
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
P= Program
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.
Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal "jepret" saja.
Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.
Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.
Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.
No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan untuk mengimbangi kebutuhan cahaya.
Setiap kamera memiliki light meter yang berfungsi mendeteksi intensitas cahaya. Sebelum menekan tombol shutter, apabila menggunakan kamera pada mode manual ada baiknya memperhatikan exposure meter terlebih dahulu.
Berikut gambar exposure indicator:
Tampak pada gambar di atas bar yang mengindikasikan exposure. Apabila ingin menghasilkan foto dengan cahaya yang baik, letakan bar pada posisi tengah ( normal exposure ), namun apabila menghasilkan foto yang lebih terang, geser bar ke arah tanda + ( menjadi over exposure ), dan sebaliknya, untuk hasil foto yang lebih gelap geser bar ke arah - ( menjadi under exposure )
Pertanyaan yang sering dilontarkan:
Movement
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Foto ( Cahaya ) dan Graphia ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar.
Kamera SLR:
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik ( viewfinder ) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa.
Seperti dibahas terdahulu, fotgrafi berkaitan erat dengan cahaya, maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed ( Kecepatan Rana ) dan Aperture ( Diafragma ).
Spoiler for Shutter Speed:
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur.
Foto dengan shutter speed cepat
Foto dengan shutter speed lambat
Spoiler for Aperture:
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...
Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa ( f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0 ).
Gambar Aperture pada lensa
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.
Pada kamera Canon 350D terdapat 12 mode pemotretan:
A-DEP= Automatic Depth of Field
Pada mode ini, pengaturan fokus foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik pada foreground maupun background.
M= Full Manual
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.
Av= Aperture Value Priority
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
Tv= Time Value Priority
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
P= Program
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.
Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal "jepret" saja.
Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.
Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.
Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.
No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan untuk mengimbangi kebutuhan cahaya.
Setiap kamera memiliki light meter yang berfungsi mendeteksi intensitas cahaya. Sebelum menekan tombol shutter, apabila menggunakan kamera pada mode manual ada baiknya memperhatikan exposure meter terlebih dahulu.
Berikut gambar exposure indicator:
Tampak pada gambar di atas bar yang mengindikasikan exposure. Apabila ingin menghasilkan foto dengan cahaya yang baik, letakan bar pada posisi tengah ( normal exposure ), namun apabila menghasilkan foto yang lebih terang, geser bar ke arah tanda + ( menjadi over exposure ), dan sebaliknya, untuk hasil foto yang lebih gelap geser bar ke arah - ( menjadi under exposure )
Pertanyaan yang sering dilontarkan:
1. Mengapa foto yang dihasilkan gelap?
Jawab: Karena cahaya yang ada kurang memadai, sehingga foto menjadi under exposure. Coba untuk naikan ISO agar shutter speed dapat menjadi lebih cepat.
2. Mengapa masih tampak pergerakan / gambar yang dihasilkan buram?
Jawab: Bisa jadi karena shutter speed kurang cepat mengimbangi kecepatan objek, namun apabila buram bisa jadi juga karena fokus lensa tidak tepat jatuh pada objek
Jawab: Karena cahaya yang ada kurang memadai, sehingga foto menjadi under exposure. Coba untuk naikan ISO agar shutter speed dapat menjadi lebih cepat.
2. Mengapa masih tampak pergerakan / gambar yang dihasilkan buram?
Jawab: Bisa jadi karena shutter speed kurang cepat mengimbangi kecepatan objek, namun apabila buram bisa jadi juga karena fokus lensa tidak tepat jatuh pada objek
Spoiler for Movement:
Bertentangan dengan foto freeze, foto movement bertujuan memperlihatkan
pergerakan objek dengan shutter speed yang rendah, sehingga pergerakan
objek dapat tampak pada hasil foto. Shutter speed yang digunakan
cenderung rendah agar pergerakan objek dapat terekam ( misal 1/5 detik, 1
detik, dst ), namun yang patut diperhatikan adalah kamera harus tetap
dalam posisi statis agar background daripada objek tetap fokus walaupun
shutter speed lambat.
Berikut contoh foto movement:
Pertanyaan yang sering dilontarkan:
Berikut contoh foto movement:
Spoiler for foto 1:
Spoiler for foto 2:
Spoiler for foto 3:
1. Mengapa foto menjadi putih dan gambar tidak jelas?
Jawab: Cahaya pada saat pengambilan foto surplus, sehingga menjadi over exposure. Untuk mensiasatinya, perkecil bukaan lensa dengan menaikan aperture.
2. Mengapa foto menjadi buram semua?
Jawab: Karena kamera mengalami pergerakan pada saat shutter terbuka, sehingga gambar yang dihasilkan menjadi blur. Untuk menghindari hasil yang blur, gunakan tripod atau letakan kamera pada tempat yang statis dan stabil.
Jawab: Cahaya pada saat pengambilan foto surplus, sehingga menjadi over exposure. Untuk mensiasatinya, perkecil bukaan lensa dengan menaikan aperture.
2. Mengapa foto menjadi buram semua?
Jawab: Karena kamera mengalami pergerakan pada saat shutter terbuka, sehingga gambar yang dihasilkan menjadi blur. Untuk menghindari hasil yang blur, gunakan tripod atau letakan kamera pada tempat yang statis dan stabil.
Monday, 7 November 2011
ISO Setting
Tips untuk mengubah ISO setting
Pada postingan sebelumnya mengenai ISO setting ,
saya hanya membahas mengenai ISO dan petunjuk pemakaiannya. Disini akan
saya bahas mengenai faktor-faktor yang akan mempengaruhi kita dan bisa
kita jadikan bahan pertimbangan untuk mengganti ISO setting pada saat
kita akan mengambil gambar.
Yups,bener sekali,ada beberapa
pertimbangan yang harus kita perhatikan sebelum mengganti ISO
setting,dan beberapa pertimbangan itu adalah :
1.Cahaya ==> seberapa terang cahaya yang menyinari objek
2.Noise ==> apakah kita ingin gambar dengan noise atau tidak
3.Tripod ==> bawa tripod atau tidak
4.Objek bergerak atau diam ==> apakah objek yang kita foto bergerak atau diam
Ya,ke-empat faktor diatas perlu kita pertimbangkan apabila akan mengubah ISO setting
"mengapa demikian?"
Karena dengan mengubah ISO
setting maka juga akan berpengaruh pada kecepatan shutter speed dan
besar kecilnya aperture pada kamera,yang nantinya juga mempengaruhi
hasil dari foto yang kita ambil.
Oke,biar lebih jelasnya saya terangkan satu-persatu keempat faktor diatas :
1.Cahaya
Seperti
kita ketahui peranan cahaya dalam fotografi sangat berati sekali,itupun
juga berpengaruh pada ISO setting. apabila cahaya cukup maka kita
gunakan ISO kecil dan apabila cahaya tidak mencukupi maka gunakanlah ISO
tinggi agar sensor gambar peka sehingga bisa menyerap cahaya dengan
cepat.
Tetapi konsekuensi dari penggunaan ISO tinggi hasil gambar akan terlihal noise.
2.Noise
Diatas
diterangkan apabila kita menggunakan ISO tinggi maka hasil gambar akan
noise,ya hal itu dikarenakan sensor gambar dipaksa untuk menyerap cahaya
secara cepat pada kondisi pencahayaan yang rendah (gelap).
Apabila
kondisi cahaya gelap dan kita tidak ingin hasil gambar yang noise maka
pilihlah ISO setting yang rendah dengan konsekuensi shutter speed akan
menjadi lama menutupnya karena diperlukan waktu lama bagi sensor gambar
dalam menyerap cahaya. Oleh karena itu diperlukan tripod.
3.Tripod
Tripod
berfungsi untuk menopang kamera agar stabil,pada saat pencahayaan
rendah dan kita ingin menghasilkan foto yang bersih tanpa noise sangat
dibutuhkan tripod,karena dengan ISO rendah dan pencahayaan rendah maka
kitapun harus memilih shutter speed dengan kecepatan rendah,dimana bila
shutter speed rendah diperlukan kestabilan kamera,karena ada gerakan
sedikit maka hasil gambar akan blur.
4.Objek bergerak atau diam
Hal
ini juga harus diperhatikan,apabila objek yang akan kita ambil bergerak
dan pencahayaan rendah kita harus memilih ISO tinggi agar kita bisa
memilih shutter speed yang cepat untuk merekam moment tersebut,contoh :
konser musik dalam gedung
Tetapi apabila objek diam tidak ada salahnya kita pakai ISO rendah agar gambar tidak noise tapi perlu diingat kestabilan kamera.
ISO adalah salah satu aspek
penting dalam fotografi digital saat ini,untuk lebih mengerti ISO
setting,habis baca postingan ini langsung buat eksperimen,cobalah ganti
ISO dan lihatlah hasilnya.
ISO setting
Di dalam kamera digital terdapat ISO setting,lalu apa sebenarnya ISO itu sendiri?
Seperti biasa sebelum menjawab pertanyaan diatas,saya akan mengajak kembali ke masa dimana kita menggunakan kamera film,pada saat kita akan membeli film,pasti penjual akan bertanya,"mo pake ASA berapa?"
Nachhh... sebenarnya ISO dan ASA adalah sama, ISO adalah istilah internasional sedangkan ASA adalah istilah jepang,trus ada lagi DIN kalo yang ini adalah istilah eropa.
Seperti biasa sebelum menjawab pertanyaan diatas,saya akan mengajak kembali ke masa dimana kita menggunakan kamera film,pada saat kita akan membeli film,pasti penjual akan bertanya,"mo pake ASA berapa?"
Nachhh... sebenarnya ISO dan ASA adalah sama, ISO adalah istilah internasional sedangkan ASA adalah istilah jepang,trus ada lagi DIN kalo yang ini adalah istilah eropa.
"Jadi apa dong ISO/ASA/DIN?"
Weiittss... tenang brother,nich mo dijelasin..
ISO dalam fotografi yang masih menggunakan film berarti kadar kepekaan film terhadap cahaya.
Kalo
dalam dunia fotografi digital yang mana tidak menggunakan film
lagi,maka ISO adalah kadar kepekaan sensor gambar terhadap cahaya.
Kadar kepekaan/sensitifitas sensor gambar ini diwakili dengan angka,contoh: ISO 100,ISO 200,ISO 400,dst...
"lho.. ada banyak juga setting ISO,trus buat apa itu masing-masing ISO dengan angka yang berbeda?"
Sabar brotheeeerr..
Seperti
diterangkan diatas bahwa ISO adalah kadar/ukuran kepekaan sensor gambar
terhadap cahaya,maka semakin besar angka pada ISO maka semakin peka
pula sensor gambar terhadap cahaya.
"Jadi apa maksud dari kepekaan terhadap cahaya?"
Kepekaan sensor gambar diartikan
sebagai kekuatan sensor untuk menyerap cahaya,jadi semakin peka maka
semakin kuat sensor menyerap cahaya.
Jadi kesimpulannya apabila
cahaya disekeliling mencukupi gunakanlah ISO rendah,karena cahaya sudah
cukup maka tidak diperlukan kekuatan untuk menyerap cahaya dari sensor
gambar,tetapi apabila cahaya disekeliling redup atau gelap maka
gunakanlah ISO tinggi karena sensor gambar memerlukan kekuatan untuk
menyerap cahaya.
Petunjuk pemakaian ISO setting:
1.ISO rendah
Yang
termasuk dalam rentang ISO rendah adalah ISO 25 - ISO 200,pada rentang
ISO rendah ini sangat cocok untuk untuk situasi outdoor dengan sinar
matahari yang terang dari pagi sampai siang.
2.ISO sedang
Rentang ISO sedang yaitu ISO 400 - ISO 800,baik digunakan untuk outdoor pada sore hari atau dalam keadaan mendung.
3.ISO tinggi
ISO tinggi digunakan untuk pemotretan dalam keadaan cahaya gelap,yang termasuk dalam ISO tinggi adalah ISO 1600 keatas.
Untuk tip & trik mengenai ISO setting bersambung ya...
Untuk tip & trik mengenai ISO setting bersambung ya...
Kamis, 18 Februari 2010
White Balance
Apakah itu white balance? Apa fungsi white balance?
Kenapa kita harus tahu bagaimana menggunakan white balance dalam kamera
digital kita?
Yaa.. pertanyaan seperti itu selalu muncul dibenak pemilik kamera digital pada umumnya.
Sebelum
saya menerangkan tentang apa itu white balance di kamera digital,saya
ingin bertanya,apakah anda pernah mengambil foto seseorang tetapi
hasilnya warna kulitnya tampak tidak natural? tampak pucat,atau malah
tampak kekuning-kuningan?
Jika jawabannya
iya,atau bahkan anda sering mengalami hal seperti ini pada saat
mengambil foto,maka hal yang perlu diperhatikan adalah setting white
balance pada kamera digital anda.
White balance adalah salah satu aspek dalam
fotografi digital yang akan mempengaruhi hasil foto kita. Tetapi pada
umumnya,sebagian dari kita pengguna kamera digital tidak pernah
memperhitungkan setting white balance,kita hanya senang bahkan selalu
menggunakan setting auto white balance.
Jadi pada intinya setting white balance
sangat diperlukan untuk mendapatkan warna yang seakurat mungkin (true
colour) pada hasil foto kita.
Oke,lebih jelasnya seperti ini:
White
balance saya artikan sebagai kemampuan kamera dalam
membaca/menterjemahkan warna putih berdasarkan sumber cahaya yang ada.
Warna putih yang dibaca oleh kamera akan mempengaruhi warna-warna
lainnya.
Mengapa sumber cahaya mempengaruhi kemampuan kamera dalam membaca warna putih?
Karena setiap sumber cahaya mempunyai suhu yang berbeda sehingga bisa mempengaruhi kamera dalam membaca warna putih,contoh:
Sumber
cahaya dari lampu neon akan menghasilkan warna yang kebiru-biruan (cool
colour) pada foto kita,sedangkan sumber cahaya dari lampu pijar/bohlam
menghasilkan gambar yang kemerah-merahan/kekuning-kuningan (warm
color) pada hasil foto kita.
So,kita harus mensetting white balance pada
kamera kita setiap saat,tergantung dari sumber cahaya yang kita temui
pada saat kita mengambil foto,karena kamera berbeda dengan mata kita
yang bisa secara kasat mata membaca warna putih pada sumber cahaya yang
berbeda-beda.
Illustrasi foto:
Gambar
dibawah ini saya ambil di ruangan dengan sumber cahaya didominasi lampu
neon dan menggunakan setting AUTO WHITE BALANCE (AWB)
Hasilnya foto yang dihasilkan berwarna pucat karena kamera secara
otomatis membaca warna putih dari sumber cahaya neon sebagai cool colour
dan warna yang lainpun terpengaruhi.
Dan kemudian dari setting AWB saya ganti
menjadi setting Fluorescent White balance yang berfungsi untuk
menghagatkan suhu cahaya dari ruangan,dan hasilnya:
Wuaaalaaaa...
Warna lebih nampak natural,karena kita telah memberikan perintah kepada kamera dengan mengeset flourescent wb untuk menghangatkan suhu cahaya dari sumber cahaya yang ada di ruangan yaitu lampu neon.
Kalo kita akan menilai mana yang lebih bagus dari kedua gambar diatas jawabannya pasti tergantung dari selera masing-masing,tetapi apabila kita akan menilai mana yang lebih natural dalam warna maka foto ke-2 adalah jawabannya.
Berikut adalah setting dan fungsi white balance yang ada di kamera digital pada umumnya:
AUTO :
sering juga disingkat dengan AWB,berfungsi untuk secara otomatis membaca warna putih yang dihasilkan oleh cahaya disekitar.
DAYLIGHT :
Dilambangkan dengan simbol matahari,ideal untuk mengambil gambar outdoor pada saat matahari bersinar terang dan langit biru,karena pada situasi seperti ini warna putih akan terbaca secara kasat mata oleh kamera.
TUNGSTEN :
Simbol dari WB ini adalah lampu bohlam,ideal untuk pemotretan indoor yang sumber cahayanya didomonasi oleh lampu pijar/bohlam yang akan menghasilkan warna kemer-merahan sehingga diperlukan tungsten wb untuk membuat warna lebih sejuk.
FLOURESCENT :
Simbolnya seperti lampu neon,ideal untuk indoor yang sumber cahayanya didominasi oleh lampu neon yang menghasilkan warna yang dingin atau kebiru-biruan,so dengan flourescent wb kita menghangatkan warna yang dingin.
SHADE :
Simbolnya gambar rumah dengan bayangan,apabila kita mengambil objek yang berada dibawah bayang-bayang maka hasilnya kebiru-biruan,maka untuk memunculkan warna yang natural gunakanlah setting shade wb.
CLOUDY :
Simbolnya gambar awan,apabila pada saat pengambilan gambar suasana berawan warna yang dihasilkan akan pucat,maka untuk meningkatkan warna gunakanlah cloudy wb setting.
FLASH :
Simbolnya kilat,jika kita menggunakan flash hasil warna pada gambar akan kebiru-biruan karena cahaya flash sifatnya lembut maka gunakanlah flash wb untuk menaikkan warna.
Dengan setting-setting WB diatas pada umumnya kita dapat menghasilkan warna yang akurat,tetapi apabila kita kurang puas dengan setting-setting diatas maka kita masih bisa menggunakan setting manual white balance di kamera kita,yaitu dengan mengesetnya pada:
CUSTOM:
Custom WB pada intinya kita mereferensikan warna putih pada kamera digital. Caranya kita bisa menggunakan white/grey card yang memang di desain untuk keperluan ini,atau bisa dengan kertas putih bersih kemudian kita potret kertas putih itu,fokuskan pada titik putih.Setelah gambar dkertas putih itu kita ambil dan hasilnya sesuai dengan warna putih maka pergilah ke menu pada kamera digital dan pilih custom WB dan set foto kertas putih tersebut disana. apabila sudah selesai maka kita telah memberikan referensi warna putih pada kamera dan kemudian kamera akan menyesuaikannya dengan warna-warna yang lain.
Mengenal Fitur/Setting pada Kamera Digital
Sebelum kita belajar tentang fotografi digital ada
baiknya kita mengenal lebih dahulu fitur/fungsi/mode yang ada pada
kamera digital,hampir semua jenis kamera digital sekarang dilengkapi
dengan mode,dan mode itu sendiri dibagi menjadi AUTO mode,SEMI AUTO mode
dan FULLY MANUAL mode.
Dibawah ini akan dijelaskan fungsi dari mode yang ada:
AUTOMATIC MODES
Dibawah ini akan dijelaskan fungsi dari mode yang ada:
AUTOMATIC MODES
AUTO MODE :
Mengenai
auto mode saya rasa tidak perlu dijelaskan secara detail karena hampir
semua pengguna kamera digital menggunakan mode ini untuk mengambil foto.
Dengan mode ini ketika kamera diarahkan ke objek yang akan kita ambil,kamera secara otomatis akan memilih shutter speed(kecepatan buka tutup rana),aperture(diagfragma/besar kecil bukaan rana),ISO(sensitivitas image sensor terhadap cahaya),white balance,fokus,dan flash yang sesua untuk mengambil gambar yang dimaksud.Biasanya dengan mode ini akan menghasilkan gambar yang bagus dalam situasi apapun.
Tapi perlu diingat dengan auto mode kamera kadang tidak bisa secara otomatis menghasilkan gambar seperti apa yang kita mau,maka dari itu ditambah beberapa mode/fungsi yang ada di auto mode.
PORTRAIT MODE :
Ketika
akan mengambil objek gambar secara close-up,pindahkan settingan pada
kamera digital pada portrait mode.Secara otomatis pada portrait
mode,kamera akan memilih large aperture (bukaan rana besar),yang artinya
objek utama dari gambar kita akan fokus sedangkan background menjadi
out of focus/blur.
Untuk
menghasilkan gambar yang bagus dengan menggunakan portrait mode,kita
harus dekat dengan objek yang akan kita ambil baik dengan cara zoom atau
mendekat ke objek tersebut,sebagai contoh apabila kita akan mengambil
gambar close-up seseorang,cukup ambil gambar dari wajah sampai sebatas
pundak,maka nanti hasilnya wajah akan fokus dan background menjadi out
of focus/blur.
MACRO MODE :
Hampir sama dengan portrait mode,tetapi pada macro mode ini lebih cocok untuk mengambil objek foto yang ukurannya kecil seperti bunga,serangga atau benda-benda kecil lainnya.Setiap kamera digital mempunyai kemampuan macro yang berbeda termasuk perbedaan jarak fokus juga (rata-rata jarak fokus untuk kamera point and shoot adalah 2-10cm).
Untuk mengambil gambar macro diperlukan kestabilan dalam memegang kamera karena apabila bergerak sedikit dari jarak fokus maka gambar yang dihasilkan akan out of focus.Maka biasanya untuk pengambilan makro diperlukan bantuan tripod,dan sebagai tambahan built in flash tidak disarankan,karena hasilnya gambar akan over exposure/terlalu terang.
LANDSCAPE MODE :
Apabila pada portrait mode dan macro mode kamera akan memilih large aperture,maka pada landscape mode kamera akan memilih small aperture yang artinya gambar yang kita ambil akan fokus dari depan (foreground) hingga belakang (background) atau dalam kata lain semua gambar yang kiat ambil akan terlihat tajam.
Sangat cocok untuk mengambil gambar pemandangan yang luas.
SPORTS MODE :
Sports mode/action mode ini dirancang untuk mengambil objek gambar yang bergerak,sepertiorang sedang berlari,balap mobil atau benda-benda yang bergerak lainnya.
Tujuan dari sports mode adalah membuat gambar objek yang bergerak tertangkap dengan tajam (freeze the action),bisa kita coba untuk mengambil gambar orang yang sedang melompat.
NIGHT MODE :
Night mode difungsikan untuk pengambilan gambar pada situasi pencahayan yang rendah,biasanya pada malam hari,dan diperlukan kestabilan kamera pada waktu menggunakan night mode karena apabila terjadi gerakan sedikit saja maka gambar yang dihasilkan akan blur.
SEMI AUTOMATIC MODE
Apabila dalam auto mode,kamera akan berpikir sendiri dan menentukan setting dengan sendirinya sesuai dengan keadaan cahaya disekelilingnya maka dengan setting semi auto/semi manual ,kita yang akan menentukan setting dan selebihnya kamera akan menyesuaikan settingan kita dengan keadaan cahaya yanga ada.
berikut adalah mode yang ada di semi automatic mode :
APERTURE PRIRORITY MODE (A atau AV)
Pada mode ini kita akan memilih besar kecilnya bukaan diagfragma/rana pada lensa dan kamera akan menyesuaikan settingan ISO dan shutter speed dengan sendirinya.Bukaan diafragma/rana pada display kamera adalah F/number,contoh F/4.0,F/4.5,F/5.0 dst sampai F/32.
Semakin kecil angka pada F/number berarti semakin besar bukaan pada difragma lensa (apabila kita memilih F/number kecil artinya kita akan mendapatkan area fokus yang kecil juga,contoh untuk foto close up atau makro,karena kita hanya ingin fokus pada wajah saja dan background menjadi blur)
Semakin besar angka pada F/number berarti semakin kecil bukaan pada diafragma lensa (dengan diafragma kecil berarti kita akan menghasilkan gambar yang fokus dari depan hingga belakang,contoh foto pemandangan)
SHUTTER PRIORITY MODE (S atau TV)
Shutter priority hampir sama dengan aperture priority,bedanya disini kita memilih speed/kecepatan tutup rana dan kamera akan menyesuaikan settingan aperture,ISO secara otomatis. Shutter priority pada display kamera akan ditampilkan dengan angka yang mewakili speed yang kita pilih,contoh 1/400" ,1/250",1/100",1/60",1/30" dst hingga 30".
Apabila kita akan mengambil objek gambar yang bergerak dan ingin membuat objek menjadi "freeze" atau diam maka kita gunakan speed yang tinggi(fast shutter speed).
Slow shutter speed biasanya digunakan pada keadaan dimana cahaya disekitar kita kurang (gelap),slow shutter speed juga bisa digunakan untuk membuat efek blur pada objek yang bergerak,contoh air terjun jika kita ambil dengan menggunakan slow shutter speed (antara 1/5" sampai 1/15") maka air akan kelihatan putih seperti kapas.
Catatan:
jika kita menggunakan speed rendah,maka diperlukan kestabilan dalam memegang kamera atau gunakanlah tripod agar kamera tidak bergerak,karena gerakan sedikit pada speed rendah akan menghasilkan gambar yang out of focus.
PROGRAM MODE (P)
Biasa juga disebut dengan "Program AE" (program auto exposure/program pencahayaan otomatis). fungsinya hampir sama dengan fully automatic tetapi disini kita bisa mengatur white balance,flash,ISO dll secara manual.
AUTO DEPHT-OF FIELD (A-DEP)
Dengan menggunakan mode ini objek gambar dari depan hingga belakang akan fokus dengan sendirinya,dengan menekan setengah pada shutter kita bisa mengendalikan fokus sesuai keinginan kita.
FULLY MANUAL MODE
MANUAL MODE (M)
Dengan menggunakan manual mode kita dengan bebas mengontrol settingan sesuai dengan kemauan kita tapi perlu diingat bahwa kita perlu berpikir dalam menggunakan shutter speed,aperture,ISO,WB,flash dan lain-lain untuk menghasilkan gambar yang pencahayaannya cukup,tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang. Untuk menggunakan mode manual ini diperlukan latihan dan kebiasaan dalam mengontrol kamera.
Selamat bereksperimen dengan kamera digital anda,tentukan mode mana yang paling sering atau cocok untuk anda,dan jangan ragu untuk selalu mencoba dan bereksperimen dengan mode yang ada di kamera anda.Saran,kritik dan pertanyaan tentang tulisan ini sangat diharapkan agar tulisan ini makin bermanfaat.
Subscribe to:
Posts (Atom)